This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 31 Desember 2011

Terkini Hope...

Tuhan, 2011 dalam hitungan waktu akan segera berakhir. Saya, tentu saja tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi di tahun yang akan datang. Karena hanya kaulah yang maha mengetahui.

Tapi setidaknya, aku memiliki cita-cita besar untuk tim yang aku cintai, Arema Indonesia di Tahun 2012 kedepannya.

Bisakah engkau menciptakan Arema, klub yang menciptakan aku menyayangi sepakbola Indonesia itu kembali menjadi satu ibarat ketika aku pertama kali mengenal Arema dulu ?

Bisakah engkau menyebabkan tim berjuluk singo edan itu kembali meraih masa jayanya ibarat tahun-tahun sebelumnya ?

Bisakah engkau tunjukan mana yang sebetulnya benar-benar menyayangi Arema dan Mana yang sebetulnya benar-benar pantas mengucapkan, “ini semua demi Arema” ?


 dalam hitungan waktu akan segera berakhir Terkini Hope...

Lalu,
Bahagiakanlah mereka Tuhan; Aremania Aremanita dan para punggawa Arema yang tetap setia mendukung Arema.

Baik Aremania Aremanita yang setiap pertandingan tiba memenuhi stadion, atau Aremania dan Aremanita yang hanya dapat mendukung lewat layar kaca, siaran radio atau sekedar hastag di twitter dan tanda “like this” di facebook.

Dan juga untuk para punggawa Arema yang tetap setia mengenakan jersey Arema walaupun kisruh di dalam badan Arema terus tiba dan pergi,
serta punggawa Arema yang pernah membela Arema, yang pernah menyayangi Arema dan menciptakan Aremania dan Aremanita cinta mereka tetapi kini harus mengenakan jersey tim lain alasannya ialah alasan tertentu.

Tuhan, Bahagiakan mereka. Buat Arema kami menjadi satu, dan berikanlah kesadaran untuk segelintir orang yang menganggap dirinya dapat melaksanakan segalanya sehingga menciptakan Arema kami ibarat sekarang.


semoga Tuhan mengizinkan semua itu terjadi..
biar Tuhan mengabulkan segala cita-cita kami.

amin ...


(sumber:annlawliet.blog.com)

Kamis, 29 Desember 2011

Terkini Jangan Pilih Ketua Umum Pssi Yang Menyerupai Boneka

Pengamat sepak bola Indonesia Tommy Welly menilai, kisruh yang melanda PSSI dikala ini sulit untuk diselesaikan. Salah satu cara untuk mengurai benang kusut yakni mengganti pengurus gres dengan digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB).

Dia juga sependapat dengan langkah Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI) yang bakal menyelenggarakan KLB pada 6 Maret 2012 mendatang di Surabaya.

Pengamat sepak bola Indonesia Tommy Welly menilai Terkini Jangan Pilih Ketua Umum PSSI Yang Seperti Boneka

"Tolong siapkan KLB dengan baik. Pilih ketua yang kredibel dan tidak mempunyai kepentingan apapun. Jangan hingga menentukan ketua, kemudian dijadikan boneka," kata Tommy pada Acara Refleksi Akhir Tahun perihal Perjalanan PSSI, Seputar Kisruh PSSI dan Pasca-Kongres di Kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (29/12).

Boneka yang dimaksud Tommy yakni Ketum PSSI Djohar Arifin Husin, yang sejauh ini dinilai hampir tak berani menjalankan programnya dengan inisiatif sendiri. Namun, laki-laki asal Medan tersebut terlebih dulu berkonsultasi dengan Arifin Panigoro, seorang pengusaha yang disebut-sebut berada di belakang Djohar.

"Lihat saja. Mau melaksanakan ini, ia tiba ke Jenggala (Rumah Arifin Panigoro-red) dulu. Mau itu ke Jenggala lagi. Ke depan, jangan hingga ketua yang gres ibarat ini yang disetir pihak tertentu," ungkap dia.

Pria yang juga sering menjadi komentator sepak bola ini menambahkan, kalau PSSI berhasil merangkul semua kalangan, niscaya sepak bola nasional akan lebih maju.

"Jangan malah melaksanakan revolusi sepak bola. Menurut saya, frase 'revolusi' tidak sempurna untuk diterapkan di sepak bola. Program yang baik dari kepengurusan sebelumnya dipertahankan, kemudian yang buruk ditinggalkan. Kalau direvolusi total, mana sanggup maju sepak bola Indonesia," tandasnya.

Dia juga menyayangkan tindakan PSSI yang tidak mendaftarkan Persipura Jayapura tampil di Liga Champion Asia. Padahal, kejuaraan itu diikuti klub-klub dari negara elite di Asia ibarat Jepang, Korea dan Arab.

"Ini sesungguhnya tahapan yang harus dilalui kalau sepak bola Indonesia ingin berkembang. Ada kesempatan menghadapi tim-tim elite di Asia saja tidak ikut, mana mungkin akan ke Piala Dunia. Jangan mimpi juga Indonesia akan jadi Macan Asia," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Pengprov PSSI DKI Jakarta Hardi HAsan mengatakan, seluruh Pengprov di Indonesia pernah diberi akad oleh Djohar Arifin akan diberi uang training sebesar Rp 1 miliar per tahun. Namun, hingga dikala ini, akad tersebut belum kunjung ditepati. "Janji itu nol hingga sekarang," ujar dia.

Dia juga berharap, KLB yang diselenggarakan KPSI nanti benar-benar menentukan ketua umum yang sanggup meluruskan seluruh problem seputar PSSI dan menyatukan aneka macam macam kelompok dan kepentingan. Ketika disinggung mengenai sosok yang sempurna memimpin induk sepak bola nasional, Hardi menyebut Dahlan Iskan dan EE Mangindaan.

(sumber:suaramerdeka)

Terkini Dongeng Kusam Sepak Bola Indonesia Tahun 2011

Tahun 2011, persepakbolaan Indonesia dihadapkan pada dua sisi mata uang yang tidak sanggup dipisahkan. Sisi pertama ialah usaha memperbaiki prestasi. Hasilnya cukup bagus, gelaran Piala AFF dan prospek emas dari timnas U-23 di ajang SEA Games cukup memuaskan.

Tapi di sisi yang lain, kisruh PSSI tak sanggup terelakan. Tepatnya pada medio April 2011, kisruh yang melanda PSSI tak sanggup terurai meskipun di bulan ini dilakukan pembekuan Komite Eksekutif oleh FIFA dan pembentukan Komite Normalisasi.

 persepakbolaan Indonesia dihadapkan pada dua sisi mata uang yang tidak sanggup dipisahkan Terkini Kisah Kusam Sepak Bola Indonesia Tahun 2011

Setelah sekitar empat bulan terombang-ambing dalam pusaran konflik, FIFA kesudahannya turun tangan eksklusif menengahi kisruh di tubuh otoritas sepakbola nasional. Di awal bulan ini, FIFA tetapkan mengambil alih Komite Eksekutif dan pada ketika bersamaan membentuk Komite Normalisasi (KN), dengan diketuai Agum Gumelar.

Tugas KN adalah: (1) menjalankan pemilihan ketua umum dan wakil ketua umum serta Exco PSSI, (2) mengontrol liga di bawah PSSI termasuk mengontrol Liga Primer Indonesia (LPI) atau menghentikannya serta (3) menjalankan fungsi keseharian PSSI, sebagaimana mestinya termasuk melaksanakan training dan lainnya.

Sayangnya sesudah Nurdin Halid mundur, dan Djohar Arifin naik tahta di dingklik ketua umum, kisruh tak lantas terhapus. Sebaliknya dongeng kusam terus berlanjut. Yang lebih parah, di kurun pengurus baru, dualisme kompetisi ternyata masih tetap terjadi.

Verifikasi penentuan tim akseptor Liga Indonesia 2011-2012 beraroma kompromi dan kepentingan. Seperti permainan sulap, tinggal bilang simsalabim, PSSI dengan gampang mengubah keputusan setiap ketika dengan berlindung di balik statuta.

Buktinya, pada 20 September 2011 silam, Sekjen PSSI Tri Goestoro kepada wartawan menyatakan bahwa Persema, Persibo, PSM Makarsar tidak sanggup berlaga di Liga Indonesia level teratas. “Karena Persema, Persibo, dan PSM demam isu kemudian tidak ikut kompetisi, mereka tidak sanggup ikut kompetisi demam isu depan. Paling-paling mereka bakal tampil di Divisi Utama,” kata Tri dalam press conference di Kantor PSSI tersebut.

Namun, apa yang terjadi dalam lanjutan sidang pleno Executive Committee (Exco) PSSI di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, dua hari stelahnya atau tepatnya pada 22 September ? Dalam rapat yang diikuti lebih banyak didominasi anggota exco, sidang pleno mengubah keputusan. Hasil sidang pleno tetapkan kompetisi 2011/2012 akan diikuti 24 akseptor dari 18 yang sebelumnya sudah disepakati.

Yang patut dipertanyakan ialah proteksi tiket cuma-cuma kepada enam klub. Yakni, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, PSM Makassar, Persebaya Surabaya, PSMS Medan, dan Bontang FC. Padahal dalam kongres tahunan PSSI di Bali pada Januari 2011, keanggotaan Persema dan Persibo dicabut. Sedangkan PSM oleh exco dieksekusi degradasi ke Divisi I.

Sementara itu, alasan masuknya PSMS dan Persebaya, berdasarkan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin dalam press conference berbeda. Djohar mengatakan, dua tim itu mempunyai kaitan sejarah dalam sepak bola tanah air. Alasan Bontang FC diloloskan lebih ironis lagi. Yaitu, Bontang disebut-sebut sebagai klub degradasi terbaik di ISL demam isu lalu.

Akibatnya sudah sanggup ditebak, perilaku kesewenang-wenangan PSSI dengan mengabaikan prinsip Fair Play dan hasil kongres di Bali menjadi penyebab dualisme kompetisi. Klub-klub terbaik Indonesia berbalik tubuh menuju ISL. Bahkan kompetisi ISL yang dianggap PSSI sebagai liga Ilegal ternyata sanggup berjalan mulus. Pertandingan sanggup digelar di setiap daerah. Tim-tim ISL yang terus berusa mencari sponsor sendiri paska tidak diperbolehkannya penggunaan APBD. Mereka berjuang dan berdarah-darah menggelar kompetisi dengan modal apa adanya.

Kondisi ini mungkin tak terasa bagi tim yang berlaga di IPL. Mereka menerima sokongan dana miliaran rupiah. Bukan diam-diam lagi, kalau pendukung setia dari IPL ialah tim tim yang dikelola konsorsium (perusahaan). Kehadiran konsorsium di tim bertujuan untuk mengeruk hasil keuntungan baik dari sponsor, hak siar, dan tiket. Terlebih lagi, pada demam isu sebelumnya proyek konsorsium lewat Liga Primernya mengalami kerugian besar.

Uniknya Indonesia Primer League (IPL) bentukan PSSI kurun Djohar ternyata kalah mentereng dibanding, Indonesia Super League (ISL) produk PT Liga Indonesia yang sudah ada semenjak jaman Nurdin Halid dulu.

Sebaliknya perjalanan IPL terus menemui kerikil krikil. Amburadulnya jadwal pertandingan yang menciptakan jompetisi tak kunjung digelar. Kepercayaan makin turun. Hingga kesudahannya FIFA memberi ancaman, kalau sampai Maret dualisme kompetisi atau tegasnya kisruh tak kunjung terselesaikan, hukuman lah yang akan didapat sepak bola Indonesia.

Hingga penghujung 2011 ketika ini, dongeng kusam sepak bola Indonesia tak juga berakhir. Bukan mustahil sampai memasuki 2012 benang kusut tak akan sanggup terurai.

(sumber:galamedia, harianolahraga)

Rabu, 28 Desember 2011

Terkini Deklarasi Jakarta Di Selesai Tahun

Kekacauan sepakbola nasional semenjak menjelang lengsernya Nurdin Halid, Kongres Luar Biasa, munculnya Komite Normalisasi hingga jadinya Djohar Arifin dikursi PSSI 1 menuju jalan yang panjang. Bahkan jikalau ditarik jauh ke belakang ketika adanya Kongres Sepakbola Nasional di Malang yang dicetuskan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang menginspirasi lahirnya Liga Primer Indonesia ( LPI ) maka sudah lebih dari setahun sepakbola Indonesia dilanda ketidakjelasan.

Perombakan format kompetisi sekaligus pembatalan strata klub Indonesia, dualisme klub yang diputuskan secara tidak fair, tudingan PSSI terhadap Alfred Riedl yang dikontrak secara pribadi menjadi bibit – bibit kekacauan di periode Djohar – Farid Rahman.

Kata “profesional” yang menjadi senjata andalan PSSI kini rupanya sudah tidak mempan lagi sebagai peredam keresahan klub – klub sepakbola Indonesia. Pantas alasannya ialah klaim profesional hanyalah sebuah ratifikasi tanpa bukti.

Alur dongeng kini memuncak alasannya ialah pengprov PSSI dan klub – klub banyak sekali divisi di Indonesia telah melaksanakan Rapat Akbar Sepakbola Nasional ( RASN ) yang menuntut biar Kongres Luar Biasa diadakan untuk menyelamatkan sepakbola Indonesia dari kehancuran.

Kekacauan sepakbola nasional semenjak menjelang lengsernya Nurdin Halid Terkini Deklarasi Jakarta di Akhir Tahun

452 (Empat Ratus Lima Puluh Dua) anggota PSSI yang hadir dalam Rapat Akbar di Hotel Pullman Jakarta (18/12) ini menumpahkan aspirasi mereka dalam 5 butir perilaku yang terangkum dalam Deklarasi Jakarta :

DEKLARASI JAKARTA
1. Menyampaikan mosi tidak percaya kepada Djohar Arifin Husin (Ketua Umum PSSI), Farid Rahman (Wakil Ketua Umum), Sihar Sitorus (anggota Komite Eksekutif PSSI), Mawardi Nurdin (anggota Komite Eksekutif PSSI), Widodo Santoso (anggota Komite Eksekutif PSSI), Tuti Dau (anggota Komite Eksekutif PSSI), Bob Hippy (anggota Komite Eksekutif PSSI) alasannya ialah dinilai tidak kredibel menjalankan organisasi PSSI dan melaksanakan pelanggaran terhadap? statuta PSSI dan tidak menjalankan hasil keputusan kongres tahunan tahun 2011 di Bali.
2. Meminta untuk diselenggarakan KLB PSSI dengan agenda pemilihan Ketum, Waketum dan anggota Komite Eksekutif PSSI ? paling lambat 30 Maret 2012.
3. Meminta kepada PSSI untuk memperlihatkan balasan terhadap diselenggarakannya KLB PSSI tersebut pada poin 2, selambatnya 23 Desember 2011.
4. Membentuk Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia yang terdiri Tony Apriliani (ketua), La Nyalla M Mattalitti, Roberto Rouw, Erwin Dwi Budiawan, Benhur Tommy Mano, M Farhan, Dody Alex Nurdin, FX Hadi Rudyatmo, Sumaryoto, Hardi, Benny Dolo, yang mempunyai kiprah untuk memastikan diselenggarakannya KLB PSSI tersebut. Dan apabila PSSI tidak bersedia, maka dengan ini kami? memperlihatkan kewenangan penuh kepada Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia untuk menyelenggarakan KLB PSSI sesuai Statuta PSSI.
5. Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia juga akan bertugas menjalankan roda organisasi PSSI sesuai hasil kongres II di Bali termasuk memproteksi dapat dipercaya dan integritas PSSI dan anggotanya hingga dengan terpilihnya Komite Eksekutif PSSI yang baru.

Deklarasi yang merupakan aspirasi para pemilik bunyi PSSI ini nyatanya gagal diserahkan pribadi kepada Djohar Arifin Husin selaku ketua umum PSSI. Karena Sang Ketua rupanya tidak ada ditempat.

Kongres Bali merupakan fakta yang terus–terusan dibantah oleh PSSI kabinet Djohar Arifin nyatanya menjadi senjata makan tuan bagi PSSI. Kongres yang menghasilkan keputusan saham Liga Super Indonesia sebanyak 99% milik klub penerima 1 % PSSI, dan Liga Super Indonesia diisi oleh 18 klub, dikelola oleh PT.Liga Indonesia, diingkari oleh PSSI dengan mencabut mandat PT.Liga Indonesia dan menggantinya dengan PT.Liga Prima Sportindo.

Dendam ternyata berujung kebodohan. Itulah yang dilakoni oleh PSSI. Merasa mempunyai sebuah konsep “matang” dalam membangun sepakbola Indonesia maka semua yang dianggap warisan pengurus terdahulu ditebang. Padahal PSSI sendiri tidaklah siap dengan konsep mereka membangun sepakbola Indonesia dari awal. Perombakan kompetisi, pembatalan strata klub sepakbola, dualisme klub,promosi gratis kepada klub – klub tertentu menjadi bara api yang tak dapat dipadamkan oleh PSSI.

Ketidaksiapan mereka menggelar kompetisi semakin terlihat dengan pengaturan jadwal yang kacau dan sepinya sponsor.

Kebodohan PSSI ialah dengan mengingkari keputusan kongres yang diganti dengan keputusan rapat exco. Alasan PSSI alasannya ialah anggota exco ialah perwakilan bunyi pengprov PSSI se-Indonesia. Logika yang sederhana namun salah besar. Tak mungkin keputusan sidang paripurna diganti oleh sidang komisi. Kenapa tidak Djohar Arifin, jikalau ingin menganulir keputusan Kongres Bali, segera melaksanakan Kongres sesaat sesudah beliau terpilih ? Inilah pelanggaran statuta oleh PSSI.

Kini jalan semakin terjal bagi PSSI. Suara – bunyi galau sudah lantang, bunyi – bunyi kecewa sudah terdengar. Jika saya bertemu Djohar Arifin saya akan berkata :
“Pak Pilihannya ada 2 yaitu menangkap aspirasi klub – klub dan melaksanakannya atau menganggap semua angin kemudian saja ? Jika pilihan terakhir yang diambil maka nasib Bapak tidak akan jauh berbeda dengan Nurdin Halid yang tidak mau mendengarkan aspirasi para pemilik suara. Kedua pilihan ini konsekuensinya seumur hidup. Pilihan pertama nama Bapak akan harum seumur hidup, pilihan kedua nama Bapak akan diingat sebagai otak kekacauan seumur hidup.”

Pilihan mana yang akan diambil PSSI. Wait N See...

sumber : www.antaranews.com , www.bolabob.com

Senin, 12 Desember 2011

Terkini Ngono Yo Ngono, Tapi Yo Ojo Ngono ...

Judul di atas yaitu sebuah kearifan lokal budaya Jawa. Secara harafiah dalam bahasa Indonesia berarti "Baiklah begitu, tapi jangan begitu" atau "Meskipun begitu, tapi jangan begitu". Misterius, bukan ?

Oleh : Wita Lestari

Meskipun cukup populer, namun toh ungkapan tersebut tetap membingungkan, bahkan menimbulkan pertanyaan di kalangan berbudaya Jawa sendiri. Seandainya kita menerima pesan tersirat "Ngono yo ngono, ning ojo ngono" mungkin kita juga gundah menangkap maksudnya.

BELAJAR DARI NYANYIAN
Ungkapan misterius ini masih sanggup didengar dalam nyanyian. Sebuah tembang dolanan berjudul "Rama, Rama, Ono maling", mengisahkan seorang gadis yang berseru kepada ayahnya bahwa ada seorang pencuri memasuki jendela kamarnya; pencurinya seorang laki-laki ganteng; dan pada hasilnya ia mengaku bahwa yang dicuri yaitu hatinya sendiri. Lalu pada pecahan reffrain dinyanyikan Ngono yo ngono ning ojo ngono. Nah, dalam lagu ini makna ungkapan tersebut masih kurang jelas juga.

Sebuah aliran seringkali diungkapkan secara samar-samar. Mengapa ? Bila terlalu gamblang, mirip orang makan, seseorang tinggal menelannya tanpa perlu mengunyah: tidak ada proses mencerna secara mendalam. Tidak problem bahwa makna yang ditemukan tidak terlalu tepat. Pada hasilnya bila berproses terus-menerus, seseorang akan hingga pada makna terdalam yang tidak selalu sanggup diungkapkan dengan kata-kata, tapi terjadilah pembatinan (internalisasi) terhadap makna ajaran. Jadi, yang penting yaitu proses, bukan jalan pintas mencapai tujuan.

Lalu, apa yang sanggup dijelaskan dari syair tembang di atas ? Artinya, mencuri hati seseorang itu boleh-boleh saja, tapi kita tetap perlu sadar untuk mau memakai cara-cara yang etis. Dapat dibayangkan bagaimana jikalau dongeng dalam lagu tersebut diteruskan. Meskipun mungkin bersama-sama sang ayah bahagia anak gadisnya dicintai laki-laki ganteng, tapi mungkin saja si ayah kemudian tiba dan eksklusif memukuli laki-laki ganteng yang tidak etis (diam-diam masuk ke kamar anak gadisnya) itu atau bahkan eksklusif memanggil tetangga-tetangga untuk menciptakan pengadilan masa.

Nah, ternyata bagaimana aliran tersebut diungkapkan dalam tembang Romo, Romo, ana maling (secara samar-samar) dan juga makna syair lagu itu sendiri menunjuk pada pentingnya proses atau cara mencapai tujuan. Sebuah tujuan yang sah perlu dicapai dengan cara atau proses yang sah pula, tidak memakai jalan pintas yang tidak etis.

PROBLEM SOSIAL
Ngono yo ngono ning ojo ngono, meski berupa ungkapan berbahasa Jawa namun terang bahwa maknanya tidak hanya cocok untuk kultur Jawa. Pentingnya adat dalam mencapai tujuan merupakan norma yang berlaku universal. Robbin Hood yang dikisahkan sebagai pendekar penolong orang miskin pun pada hasilnya dalam perihal ilmiah sikap etis toh digaris-bawahi sebagai referensi yang tidak baik (tidak etis), alasannya yaitu memakai cara yang tidak sah (mencuri milik orang-orang kaya). Seorang perempuan pencetus pembela masyarakat miskin pun menuai banyak penolakan alasannya yaitu sering memakai cara-cara yang keras dalam mengeGoalkankan misinya.

Pada dasarnya, siapa pun atau masyarakat mana pun mengamini pentingnya cara yang etis atau pentingnya proses dalam mencapai tujuan. Namun demikian, sungguh sayang bahwa dalam kenyataan masyarakat kita kini justru terdapat arus besar penggunaan nilai-nilai yang berlawanan. Mereka yang memegang kekuasaan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan pribadi atau tujuan kelompok.

Dalam tataran pribadi, kita masyarakat perkotaan pun semakin banyak mengunakan budaya tidak sabar (jalan pintas) dalam mencapai tujuan pribadi. Kekerasan, pemaksaan, mengambil hak orang lain, dan sebagainya, merupakan praktik sehari-hari yang gampang ditemukan.

Demikianlah, kita telah cukup jauh meninggalkan budaya yang berorientasi proses dan lebih berorientasi pada pencapaian tujuan. Meski mencapai tujuan itu penting, namun demikian bila pencapaian tujuan dilakukan tanpa penghayatan terhadap proses dan cara-cara yang etis, maka yang terjadi yaitu kekacauan sosial dan dehumanisasi. Kita tidak lagi menghargai martabat pribadi kita sebagai insan yang mempunyai hati, dan lebih bertindak sebagai mesin pencapai tujuan.

ORIENTASI PROSES
Orientasi proses (kebalikan dari orientasi hasil), merupakan budaya yang sungguh perlu kita kembangkan. Dalam konteks dunia kerja hal ini juga berlaku. Konsep-konsep organisasi modern kini semakin menempatkan insan sebagai subyek utama dalam dunia kerja. Pekerjaan merupakan sarana untuk kesejahteraan (fisik dan mental) umat manusia.

Peneliti budaya organisasi yang sangat terkenal, Hofstede, dalam beberapa tulisannya mengartikan budaya orientasi proses sebagai kondisi di mana praktik-praktik keorganisasian dirasa mencerminkan suatu kepedulian terhadap makna-makna atau cara-cara; sedangkan budaya orientasi hasil merupakan kondisi di mana praktik-praktik keorganisasian dirasa mencerminkan suatu kepedulian yang tinggi terhadap tujuan dan pencapaian tujuan.

Peneliti yang lain, Verbeke (2000), secara lebih lengkap menjelaskan bahwa dikotomi proses-hasil merefleksikan bagaimana administrasi menginginkan karyawan-karyawannya melibatkan diri dalam proses-proses bisnis (misalnya proses-proses dukungan layanan). Orientasi proses merefleksikan bagaimana ketatnya kesetiaan karyawan terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam proses-proses organisasi. Mereka tidak ingin memisahkan dirinya dari skrip-skrip kiprah dan tanggung jawab. Mereka juga bersedia mengambil alih kiprah atau tanggung jawab orang dari departemen lain bila diperlukan.

Dowdle dkk dalam suatu jurnal menggambarkan bagaimana administrasi yang berbasis proses (process-based management) akan membawa sukses organisasi. Mereka berpandangan bahwa organisasi merupakan sekumpulan proses-proses, dan ini memerlukan pengelolaan yang lebih baik dalam rangka untuk tetap bertahan dan dan berhasil baik. Manajemen berbasis proses merupakan model administrasi yang ditujukan untuk menghadapi aneka macam tantangan organisasi pada masa kini. Salah satu fokus dari administrasi berbasis proses yaitu mempromosikan budaya yang berbasis proses.

AKTUALISASI
Penghayatan terhadap proses, dan juga kesetiaan menggunaan cara-cara yang etis memang tidak menjamin tujuan dicapai dalam waktu yang singkat, namun demikian dengan kesetiaan terhadap proses dalam mencapai tujuan ini kita akan mengalami perubahan yang sangat berharga bagi kesejahteraan hidup kita dalam jangka panjang. Dalam berproses kita akan menemukan makna-makna hidup yang menjadikan kita benar-benar sebagai insan yang utuh, mengalami kepenuhan pribadi. Di dalam organisasi, individu-individu dalam organisasi yang menerapkan budaya proses, pada hasilnya akan mencapai tujuan bersama secara menggembirakan.

Seorang ibu yang telah mengalami sukses sekaligus dikenal sebagai orang yang mempunyai spiritualitas sangat tinggi, dalam sebuah seminar mengungkapkan : Yang penting bukanlah mengejar kesuksesan, melainkan menjalani hidup dengan penuh kesetiaan kepada Tuhan (yang mendorong kita untuk terus berperilaku etis, dan menempuh proses inovasi makna hidup). Dengan kesetiaan kepada Tuhan itu, maka kita akan mengalami kesuksesan. Secara singkat ibu tersebut menegaskan : Hanya orang-orang yang setialah yang hasilnya sanggup mencapai kesuksesan hidup dalam arti sebenarnya.

MASIHKAH AREMANIA BERPEGANG PADA KESETIAAN ITU ...???
SALAM SATU JIWA ...!!!

Minggu, 11 Desember 2011

Terkini Evaluasi Kelayakan Pemain Timnas Bukan Monopoli Pssi

"Habis Manis Sepah Dibuang", Itulah yang terjadi di tubuh sepak bola Indonesia (PSSI). Setelah sama-sama punya wangsit besar menggantikan Nurdin Halid dari tapuk PSSI dan dipilihnya Djohar Arifin Husin menjadi Ketua Umum PSSI, situasi justru semakin memanas. Lagi-lagi, ricuh soal kompetisi dan kebijakan yang diberlakukan. Ironisnya, klub yang dulu menentang Nurdin Halid, kini kembali menjadi penentang PSSI sekarang.

 Itulah yang terjadi di tubuh sepak bola Indonesia  Terkini Penilaian Kelayakan Pemain Timnas bukan Monopoli PSSI

Klub PSSI dikala ini, memecahkan diri dalam melangsungkan kompetisi. Ada yang ikut Liga Super Indonesia (LSI) dan Liga Primer Indonesia (LPI). Tak ayal, Djohar pun bikin ultimatum yang nyaris sama dengan Nurdin Halid. Tiba-tiba kompetisi LSI dinyatakan ilegal. Sedangkan kurun Nurdin Halid, LPI yang dinyatakan tidak sah.

Dan pekan lalu, Djohar bikin ketegasan. Mengacu pada Statuta FIFA, maka timnas tertutup bagi pemain yang berlaga di LSI. Dan keputusan itu, sama persis dengan Nurdin Halid untuk pemain LPI yang dikomandoi Arifin Panigoro.

"Acuan yang digunakan yaitu Statuta FIFA Pasal 79. Bunyinya, pertandingan yang dilakukan oleh timnas, di mana pemainnya tidak berada dalam klub atau liga yang terafiliasi dengan anggota FIFA yaitu dilarang," ujar Djohar dikala pertemuan dengan klub divisi utama, pekan lalu.

Dalih penegasannya, kata Djohar, kebijakan itu telah diingatkan oleh FIFA melalui Direktur Pengembangan Organisasi dan Asosiasi, Thierry Regenass. "Kita maunya semua ke timnas, asalkan prestasinya bagus. Tapi ini FIFA yang mengingatkan, bukan Djohar," katanya.

Atas nama PSSI, Djohar mengatakan, dirinya menyalahkan klub atau pengurus yang bergerak di PT Liga Indonesia yang menjadi tubuh pengelola LSI. Dan dianggap memecah belah. "Yang hancurkan timnas bukan kami, tapi mereka. Makanya kita kerja keras lagi bangkit timnas, lantaran tidak mau dieksekusi FIFA."

Pernyataan Djohar ditanggapi Presiden Kehormatan Arema Indonesia, Rendra Kresna. Ia mengatakan, layak tidaknya seorang pemain masuk skuad tim nasional (Timnas) bukan kewenangan PSSI, melainkan instruktur dan masyarakat yang ikut menilai kualitas pemain.

 Itulah yang terjadi di tubuh sepak bola Indonesia  Terkini Penilaian Kelayakan Pemain Timnas bukan Monopoli PSSI

Selain pelatih, kata Rendra, masyarakat juga ikut memilih layak dan tidaknya seorang pemain bola masuk timnas. Apakah pemain itu dikala ini berkompetisi di Liga Super Indonesia (LSI) atau Liga Primer Indonesia (LPI) juga tidak masalah, yang terpenting yaitu kualitasnya.

Namun demikian, kalaupun para pemain yang dikala ini merumput di ajang LSI tidak dapat memperkuat Timnas, juga tidak masalah. "Yang terperinci dikala ini ada persoalan serius di tubuh PSSI," ungkapnya menyerupai dilansir Antara.

Meski para pemain yang berlaga di ajang LSI tidak dapat memperkuat timnas, kompetisi LSI di Tanah Air akan tetap bergulir. "Saya yakin para pemain yang sebelumnya memperkuat timnas dan kini berkiprah di LSI, tidak akan 'lari' ke LPI," ujar Rendra.

Bahkan, sebagian besar pemain timnas senior maupun U-23 yaitu pemain yang dikala ini berlaga di ajang LSI. Buktinya, Bambang Pamungkas, Christian Gonzales, Firman Utina, Diego Michell, Yongki Aribowo, Achmad Bustomi, Zilkifli Syukur dan sebagian pemain Persipura Jayapura. Sedangkan yang tercatat memperkuat tim LPI yaitu Kurnia Meiga, Irfan Bachdim, dan Andik Vermansyah.

Menurut Rendra yang juga Bupati Malang itu, tak bisanya pemain LSI memperkuat timnas itu disebabkan oleh ketidakjelasan PSSI. Pembinaan pada pemain juga tidak terperinci arahnya.

Ia mengemukakan, tidak masuknya timnas bagi pemain LSI bukanlah selesai dari segalanya. Sebab bukan PSSI yang memilih komposisi pemain timnas. Dan, masyarakat niscaya tahu siapa pemain yang layak untuk memperkuat tim Garuda.

"Saya rasa tidak ada pengaruhnya bagi pemain, bila PSSI memilih kebijakan tersebut. Apalagi kompetisi LSI sudah bergulir dan sesuai hasil kongres PSSI di Bali," ujar Rendra.

Kepengurusan PSSI di kurun sebelumnya juga pernah mengeluarkan kebijakan larangan bagi pemain LPI memperkuat timnas. Kebijakan itu dinilai oleh pengurus yang kini sebagai kebijakan diskriminatif, namun kebijakan itu kini justru diterapkan.

Atas perseteruan itu, Badan Olahraga Profesional (BOPI) kembali turun tangan. Organisasi yang pernah menunjukkan legalitas kepada LPI, kini memberi legalitas juga kepada LSI yang dianggap sebagai turnamen.

Ketua Umum BOPI, Gordon Mogot pernah mengatakan, kompetisi profesional di Indonesia hanya LSI yang dikelola PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). "PT LPIS sudah disahkan PSSI. Kami sudah melaksanakan kajian, ternyata memang tidak ada APBD, sehingga kami mengetahui bahwa mereka olahraga profesional," ujar Gordon. Bila BOPI menunjukkan rekomendasi, hanya bersifat turnamen bagi event yang berlangsung di luar induk organisasi.

Sementara itu, Pelatih Timnas U23, Rahmad Darmawan berharap, konflik sepak bola Indonesia segera diselesaikan. Karena dikhawatirkan, pemain yang akan menjadi korban. Yang terjadi dikala ini bukan salah pemain, lantaran bawah umur tidak tahu apa-apa," ujar Rahmad.

 Itulah yang terjadi di tubuh sepak bola Indonesia  Terkini Penilaian Kelayakan Pemain Timnas bukan Monopoli PSSI

PSSI, menurut statuta FIFA pasal 79, menutup pintu masuk timnas buat pemain yang timnya berlaga di LSI. RD -sapaan erat Rahmad Darmawan- mengatakan, keharusan mematuhi hukum FIFA akan menciptakan timnas Indonesia kehilangan hampir seluruh pemain intinya.

Untuk timnas U-23 saja, nama-nama yang menjadi bintang di SEA Games XXVI lalu, menyerupai Okto Maniani, Patrich Wanggai, Diego Michiels, Titus Bonai dikala ini bermain di LSI. Jika itu diberlakukan, maka kata RD, sangat sulit membentuk skuad yang tangguh. Karena, dengan pilihan yang jadi sangat terbatas. Itulah kondisi PSSI dikala ini.

(Rusman)

Jumat, 02 Desember 2011

Terkini Pssi Serasa Ditampar Bopi...

PSSI semakin tertampar sehabis Badan Olahraga Profesional Indonesia ( BOPI ) menyatakan tidak ada pelarangan terhadap Liga Super Indonesia ( LSI ). Padahal sebelumnya PSSI sempat melempar isu bahwa BOPI tidak mengeluarkan rekomendasi pelaksanaan LSI.

Seperti yang diberitakan situs goal.com BOPI menyatakan tidak pernah mengirim surat yang berisi larangan LSI. Bahkan sebagai kepanjangan tangan pemerintah, BOPI tidak akan melarang pihak – pihak yang ingin memajukan olahraga Indonesia.

Hal serupa dilakukan oleh BOPI dikala memperlihatkan “persetujuan” terhadap Liga Primer Indonesia besutan Arifin Panigoro yang hanya bergulir setengah musim. Bahkan dikala itu Liga Primer Indonesia diisi oleh klub – klub yang gres lahir dan bukan anggota PSSI. Sedangkan ISL demam isu 2011/2012 diisi oleh klub – klub anggota PSSI.

Dengan adanya pernyataan “silahkan jalan” dari BOPI ini maka penyelenggaraan ISL yang telah dinanti – nanti suporter sepakbola Indonesia akan berjalan semakin mulus. Isu tidak akan dikeluarkannya izin keramaian oleh pihak keamanan hanya menjadi kabar angin belaka. Sikap BOPI ini disambut antusiasme oleh Panpel Persib Bandung yang pada tanggal 3 Desember nanti akan menghadapi Persiram Raja Ampat.

Sikap BOPI ini juga akan dengan sendirinya menghapus keraguan soal izin kerja pemain asing. Izin kerja dikeluarkan oleh Dirjen Imigrasi dan Depnaker Pusat. Contoh para pemain absurd yang berlaga di kompetisi LPI kemarin tanpa ada rekomendasi PSSI menerangkan bahwa PSSI hanya mengeluarkan rekomendasi bukan memperlihatkan izin.

PSSI semakin tertampar sehabis Badan Olahraga Profesional Indonesia  Terkini PSSI Serasa Ditampar BOPI...

PSSI, menyerupai yang dikatakan oleh Bernhard Limbong, akan mencoba rekonsiliasi dengan klub – klub yang berada di ISL. Inilah yang selama ini hilang dari PSSI. PSSI kerap kali mengeluarkan kebijakan – kebijakan tanpa berkomunikasi dengan klub – klub sepakbola. Padahal klub – klub sepakbola inilah yang menentukan para anggota exco PSSI. Tetapi justru sehabis terpilih mereka melupakan klub – klub dalam pengambilan keputusan terkait kompetisi. Apalagi keputusan – keputusan kompetisi seringkali kontroversial.

Praktis – mudahan langkah BOPI ini akan menyadarkan PSSI sehingga mau merubah sikap, mau mendengarkan aspirasi, dan mau berubah untuk kebaikan sepakbola Indonesia.

But Until then, Let’s Enjoy Indonesian Super League…..


(original-post : Catatan Bujangan)

Terkini Pssi Panik... !!!

Liga Prima Indonesia ( LPI/IPL) sebagai Kompetisi asuhan PSSI kabinet Djohar Arifin terancam eksistensinya. Hal ini dikarenakan klub – klub besar sepakbola Indonesia menentukan untuk mengikuti Liga Super Indonesia( LSI ), meneruskan apa yang telah mereka jalani beberapa tahun terakhir ini. Terakhir Persib Bandung menetapkan untuk mengikuti Liga Super Indonesia, sesudah syarat yang mereka ajukan, bahwa IPL harus diikuti 18 klub sesuai kongres Bali tak dipenuhi PSSI.

Pertanyaannya mengapa LPI tidak diminati oleh klub – klub besar yang memiliki basis suporter dengan jumlah besar? Hal ini diakibatkan oleh ketidakjelasan PSSI dalam merancang kompetisi.

 sebagai Kompetisi asuhan PSSI kabinet Djohar Arifin terancam eksistensinya Terkini PSSI Panik... !!!
Awal sekali PSSI menghapus kasta – kasta sepakbola dengan membuka registrasi bagi semua klub sepakbola dari banyak sekali divisi dan bahkan klub – klub LPI ( liga setengah animo yang dibuat Arifin Panigoro ) untuk dapat mengikuti kompetisi teratas / level I, persyaratan registrasi hanya seputar problem administrasi. Namun akhirnya, walaupun banyak klub dari banyak sekali divisi mendaftar, PSSI yang dikritik, kembali menetapkan klub eks LSI animo kemudian yang menjadi penerima kompetisi teratas ( sebab memang begitu seharusnya ).

Tetapi kemudian langkah lain diambil PSSI dengan memperlihatkan promosi gratis kepada 6 klub dari divisi utama dengan alasan yang dibuat – buat menyerupai pesanan sponsor dan klub bersejarah. Sehingga jumlah penerima kompetisi level I menjadi 24 klub. Mayoritas klub eks LSI menolak hal ini, sebab ini sama saja meniadakan nilai – nilai sportivitas.

Disisi lain, PSSI kolam seorang ilmuwan, menciptakan kloningan – kloningan klub – klub. Persija dan Arema ialah dua klub yang menjadi kelinci percobaan PSSI. PSSI malah mengakui Hadi Basalamah sebagai pemilik Persija. Hal yang sangat ditolak. Karena Hadi Basalamah tak dikenal sebelumnya dan malah merupakan pemilik Jakarta FC ( klub eks LPI ). Kini Persija Basalamah ( yang bergotong-royong PS .Halim ) berisikan para serdadu Angkatan Udara dan pemain – pemain eks Jakarta FC. Bambang Pamungkas, Ismed Sofyan ikon Persija, tetap bergabung dengan Persija dibawah kepemimpinan Ferry Paulus, ketua yang terpilih menurut Rapat Umum Anggaran klub – klub anggota Persija.

Terakhir yang menjadi materi ujicoba PSSI ialah PSMS. PSMS yang menetapkan setia di PT.Liga Indonesia, dibuatkan kloningannya oleh PSSI dengan nama PSMS 1950.

Persib sempat diisukan dibuat kloningan, dengan nama Persib 1933 ( nama khas klub – klub bentukan Arifin Panigoro yang selalu mencantumkan tahun dibelakang nama klub ). Beruntung tidak hingga terjadi, sebab “Maung Bandung” akhirnya ikut LSI.

Dalam sebuah artikel disebutkan kenapa hingga ada klub – klub KW/kloningan. Ini tak lain ialah perjuangan PSSI yang ingin menerapkan sistem pengelolaan klub sesuai keinginan mereka sekaligus meraup untung dari klub – klub kloningan tersebut dengan melihat fakta bahwa klub – klub ini merupakan klub besar dan bersejarah.

Sistem pengelolaan klub yang diinginkan PSSI ialah apa yang diterapkan di LPI (Liga Setengah Musim). Klub – klub akan dihidupi oleh PSSI melalui dana santunan kesannya semua pemasukan klub dari tiket penonton, sponsor, dan lain – lain eksklusif masuk ke PSSI. PSSI menginginkan semua klub yang ikut dalam LPI/IPL didanai oleh konsorsium tunggal.

Namun secara umum dikuasai klub menolaknya, sebab APBD sudah dihentikan untuk dipakai klub, dan dampak lainnya ialah klub – klub akan diatur oleh PSSI hingga kedalam – dalamnya. Beberapa klub yang sudah berdikari pun menolak dengan sistem ini.

Disisi lain, LPI ( liga setengah musim) meninggalkan hutang yang besar, dan melalui LPI PSSI mencoba menutupi hutang. Munculnya klub – klub kloningan pun sebab perjuangan untuk membayar hutang. Mereka menciptakan kloningan dengan harapan, klub – klub besar akan mendatangkan penghasilan yang besar pula. Tapi yang dilupakan PSSI ialah suporter pun tahu mana yang orisinil dan palsu.

PSSI juga tidak siap dan berpengalaman dalam menangani kompetisi. Orang – orang yang sekarang diserahi tanggungjawab untuk menangani kompetisi ialah orang – orang yang terbiasa mengurus bisnis tambang. Jadwal pun dicicil buatnya, tidak ada kejelasan.

Pertandingan yang digelar Sabtu ( 26/11 ) dan Minggu ( 27/11 ) meninggalkan dongeng unik. Karena terlihat sekali ketidaksiapannya. Bola yang akan dipakai terdiri dari banyak sekali macam merk. Perangkat pertandingan tidak tersusun rapi. Asisten wasit yang ditugaskan dalam pertandingan Persiba Bantul ternyata domisili di Bantul juga.

Tetapi PSSI justru tidak menganggap semua kritikan dan masukan. Mereka yakin merekalah andal dalam kompetisi tanpa mau mencar ilmu dari yang pengalaman.

Dalam sebuah wawancara di salah satu stasiun TV, seorang Wartawan Senior, menyebutkan bahwa LPI ialah kompetisi profesional dan berdaya jual. Suatu pernyataan yang kontradiktif sebab apa yang terjadi ialah kebalikan dari kata – kata yang diucapkannya. Tapi tak aneh, sebab TV itu memang merupakan pendukung Arifin Panigoro semenjak Liga Setengah Musim bergulir.

Yang terang PSSI panik namun terus berusaha menutupi kepanikan mereka.

(original-post : Catatan Bujangan)