This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 19 Maret 2012

Terkini Sudahlah Djohar... !!!

 Pernyataan itu dilontarkan Dhimam Abror Terkini Sudahlah Djohar... !!!

Tak becus urus sepakbola, Djohar Arifin Husin layak lengser. Pernyataan itu dilontarkan Dhimam Abror, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi KONI Pusat.

Lewat Rapat Akbar Sepakbola Nasional (RASN) yang digelar Forum Pengurus Provinsi (FPP) pada 18 Desember 2011, lahir mosi tidak percaya atas kepemimpinan Djohar sebagai Ketua Umum PSSI beserta para pengurusnya yang terpilih dalam Kongres Luar Biasa (KLB) 9 Juli 2011 di Solo.

Djohar dinilai telah merusak sepakbola Indonesia dengan hukum dan langkahnya yang berseberangan dengan Statuta PSSI dan hukum lain yang berlaku, termasuk keputusan Kongres PSSI.

Menilai kepemimpinan Djohar dkk yang sekarang telah lengser lewat bergulirnya KLB 18 Maret 2012 sesuai harapan 2/3 anggota PSSI, Dhimam yang juga Ketua Harian KONI Jawa Timur setuju Djohar dkk memang harus turun takhta dari dingklik tertinggi kepengurusan PSSI.

"Tidak usah bicara Statuta PSSI, lihat info olahraga, khususnya sepakbola, semua niscaya setuju menilai kalau Djohar dkk memang tidak layak memimpin PSSI," tegas Dhimam.

"Cara mereka mengelola sepakbola sungguh di luar dugaan. Harapan KLB 9 Juli 2011 melahirkan kepengurusan PSSI yang lebih baik ternyata tidak dijawab Djohar dkk dengan baik. Saya kira mereka memang tidak punya keahlian mengelola sepakbola Indonesia, khususnya PSSI," lanjut Dhimam.

Bukan tanpa dasar Dhimam menyatakan itu dengan melihat agresi sapu higienis Djohar dkk dalam memimpin PSSI. Ya, para pengurus dan agenda yang sudah ada dan berjalan pada PSSI terdahulu diubah dan diganti dengan agenda baru. Tak hanya itu. Perubahan itu pun tidak dilakukan dengan cara dan proses yang baik dan benar.

"Salah satunya ialah agresi sapu higienis Djohar dalam kepengurusan PSSI. Pengurus dan agenda yang bahwasanya sudah berjalan baik malah diubah. Parahnya, itu semua dilakukan dengan cara yang tidak sempurna dan tidak taat aturan, khususnya Statuta PSSI," pungkas Dhimam. (sportiplus)

Senin, 12 Maret 2012

Terkini Bom Waktu Pssi ...

Arek Malang Aremania Arema Indonesia Singo Edan Salam Satu Jiwa Terkini Bom Waktu PSSI ...

PSSI di bawah kendali Djohar Arifin Husin dkk kian compang-camping. KLB pun didorong kian kencang dari banyak sekali sisi. Bom waktu segera meledak.

Banyak pihak, termasuk beberapa anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, mengungkap itu. Bom waktu berupa Kongres Luar Biasa (KLB) pun menanti kepengurusan PSSI yang belum genap berumur setahun.

Anggota Exco PSSI La Nyalla Matalitti nyaring meneriakkan digelarnya KLB PSSI. Terlebih sesudah hasil rapat Exco PSSI yang digelar 30 September di Hotel Sahid, Jakarta, tidak sesuai impian lebih banyak didominasi klub penerima Indonesia Super League (ISL) dan beberapa anggota Exco PSSI.

"Sekali layar terkembang, pantang surut," tegas La Nyalla menanggapi hasil rapat Exco PSSI yang waktu itu bersikeras memutuskan penerima ISL 2011/2012 berjumlah 24 klub.

La Nyalla tidak sendiri. Banyak lagi pihak bersikap serupa. Sebutlah Roberto Rouw, Tonny Apriliani, dan Erwin Dwi Budiawan. Mereka 1 bunyi dengan Ketua Pengprov Jatim yang telah dilengserkan PSSI itu.

Selain tak setuju dengan jumlah klub penerima ISL 2011/2012, keempat anggota Exco PSSI itu pun tak sependapat dengan keputusan PSSI mengenai
penyelesaian duduk kasus dualisme Persija Jakarta dan Arema.

Untuk masalah Persebaya, mereka lebih sanggup mendapatkan alasannya ialah tuntutan merger yang melibatkan 2 kubu yang berseteru di badan Bajul Ijo dikabulkan PSSI.

'Dosa PSSI' di mata mereka tak berhenti di situ. Pemutihan hukuman 2 klub yang demam isu kemudian tercatat sebagai penerima Liga Primer Indonesia (LPI), Persema Malang dan Persibo Bojonegoro, menambah rentetan catatan jelek PSSI kurun reformasi pimpinan Djohar.

Kini, PSSI pun menanti bom waktu berupa genderang KLB yang dielu-elukan La
Nyala dkk meledak. Lebih-lebih, blunder Djohar dkk kian menumpuk. Bukan cuma pemunculan PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) yang merebakkan dualisme kompetisi, tapi juga rentetan masalah lain.

Sebutlah masalah penilihan hak Persipura Jayapura tampil di Liga Champions Asia yang akibatnya dipulihkan CAS, masalah Diego Micheils yang mengangkangi kontrak dengan Pelita Jaya FC, mundurnya instruktur terbaik nasional Rahmad 'RD' Darmawan, pembentukan timnas yang asal-asalan sehingga memuncratkan malu bagi bangsa Indonesia akhir digebuk Bahrain 10-0, dan deretan masalah lain.

Semangat rekonsiliasi yang didengungkan Djohar saat posisinya sudah kian tersudut pun cenderung berkesan slogan semata. Selain, tentu, kisruh sudah kadung meluas dan kompleks. Sudah memakan banyak korban.

Kini, La Nyalla bukan lagi sekadar didukung 18 klub penerima ISL 2011/2012. Ia, bahkan, sudah berjalan di bawah payung Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) pimpinan Tonny Apriliani, yang dibuat lebih dari 2/3 anggota PSSI.

Belakangan, KONI Pusat sebagai induk dari semua organisasi olahraga di Tanah Air (termasuk PSSI) pun sudah menyalakan lampu hijau. KONI Pusat bukan sebatas memahami mengapa 2/3 lebih anggota PSSI melalui KPSI menghendaki KLB, tapi berjanji mengawal hajat yang bakal digelar 17-18 Maret 2012 itu.

KLB yang sekarang didukung banyak pihak alasannya ialah merindukan kondisi persepakbolaan Indonesia segera kondusif, tak ubahnya bom waktu yang disulut PSSI pimpinan Djohar sendiri. Dan, kini, sumbu menuju titik ledak sudah kian pendek.

Nah, mau berkelit ke arah mana lagi, Djohar Arifin dkk ?

(bramono/sportiplus)