This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 04 Desember 2012

Terkini Save Arema - Socios Di Spanyol

Sepakbola ialah olahraga terpopuler di Spanyol, baik untuk dimainkan di atas lapangan hijau maupun ditonton langsung di stadion/televisi. Lebih dari 700ribu pemain sepakbola berlisensi di Spanyol dan menjadikannya sebagai salah satu cabang olahraga yang mempunyai pemain profesional terbanyak di Negeri Matador tersebut.

Survei The Sociological Research Center(Centro de Investigaciones Sociologicas/CIS) memperlihatkan dari penggemar aneka macam cabang olahraga, sekitar 56,1% membeli sedikitnya 1 buah tiket pertandingan sepakbola selama setahun, berbanding 19,2persen untuk cabang olahraga bola basket.

Survei ini dilakukan pada tahun 2005, dikala tim bola basket Spanyol berada di kondisi puncak. Saat itu mereka menjadi semifinalis di ajang Euro basket, dan setahun sesudahnya mereka menjadi yang terbaik di kejuaraan bola basket sedunia dibawah FIBA. Di tim bola basket Spanyol dihuni oleh sederetan pemain tenar menyerupai Pau Gasol(sekarang Los Angeles Lakers), Rudy Fernandez(sekarang bermain di Portland Trail Blazers), dll. Bandingkan dengan tim sepakbola Spanyol yang harus menunggu 3 tahun lagi untuk menjadi juara Eropa.

Sepakbola ialah olahraga terpopuler di Spanyol Terkini Save Arema - Socios di Spanyol

Dari sekian penggemar sepakbola di Spanyol, jumlah pemberian yang diberikan mengerucut kepada 2 klub paling tenar, Real Madrid dan Barcelona. Polling CIS di bulan Juli 2010 menyebutkan Real Madrid ialah tim dengan suporter terbanyak(33%), diikuti oleh Barcelona(26%) dan Valencia berada di peringkat ketiga dengan 5%.

Dukungan yang diberikan oleh penggemar sepakbola tersebut bermacam-macam bentuknya. Dengan survey yang memperbolehkan responden menentukan lebih dari 1 jawaban, mayoritas(72%) menonton pertandingan sepakbola lewat layar televisi, diikuti dengan kepemilikan emblem, scarf, dll(42persen), dan sekitar 36,9% memperlihatkan pemberian dengan menonton langsung di stadion. Yang menarik 15% pemberian juga diberikan dalam bentur tour dikala tim kesayangannya bertandang ke sangkar lawan.

Besarnya pemberian kepada suporter mengambarkan adanya pemberian yang loyal dan militan kepada klub. Besarnya pemberian suporter andil memperlihatkan revenue dalam jumlah besar kepada klub. Laporan Deloitte untuk Football Money League 2011 menempatkan Real Madrid dan Barcelona sebagai klub sepakbola dengan pendapatan terbesar di dunia. Setiap ekspresi dominan ratusan juta euro berhasil didapat dari penjualan tiket pertandingan dan merchandise.

Struktur Kepemilikan Klub Sepakbola Spanyol
Sekarang ini banyak kepemilikan klub sepakbola di Spanyol berdasarkan oleh kepemilikan pribadi atau yang bersifat tertutup namun ada juga yang berasal dari anggota asosiasi menyerupai Real Madrid, Barcelona, Athletic Bilbao dan Osasuna.

Jumlah anggota asosiasi yang berasal dari pendukung Barcelona berjumlah 170000 anggota, diikuti Real Madrid 69000, Athletic Bilbao 34373, dan Osasuna 15016. Para anggota asosiasi tersebut tidak hanya mengumpulkan iuran tiap tahun untuk dipakai membantu program sosial klub tetapi juga andil dalam pemilihan petinggi klub setiap periodenya. Dengan demikian aspirasi suporter terjamin lewat 'wakil' yang ditempatkan sebagai petinggi klub tersebut.

Contohnya saja kebijakan untuk belanja jikalau anggaran untuk belanja lebih besar dari 20persen anggaran klub di ekspresi dominan tersebut maka harus menerima persetujuan dari anggotanya. Artinya klub dilarang absolut memakai uangnya. Hal ini cukup menjamin finansial klub yang sehat.

Cukup banyak problem finansial yang terdapat di klub sepakbola alasannya ketidakmampuan untuk mengatur anggaran belanja klub. Di Italia, beberapa klub yang menerima predikat 'The Magnificent Seven' menyerupai Parma, Lazio dan terlebih Fiorentina pernah mengalami krisis keuangan yang teramat parah. Fiorentina yang berasal dari Firenze bahkan pernah mencicipi didegradasikan sampai beberapa level dibawahnya alasannya permasalahan manajemen keuangan.

Di Inggris yang notabene representasi dari kompetisi sepakbola terelit di belahan dunia juga tidak luput dari bahaya krisis finansial. Yang terbaru Southampton dan Crystal Palace masuk manajemen alasannya problem keuangan yang tak terselesaikan. Keduanya bahkan terjerembab ke Championship dan menunggu waktu untuk kembali ke Premiership.

Berangkat dari 'ancaman' tersebut tidak ada salahnya jikalau kita menengok sistem persepakbolaan di Spanyol. Dari 4 klub La Liga diatas yang memakai struktur kepemilikan berbasis suporter masih eksis semenjak kala ke 19 sampai sekarang.

Seperti layaknya sebuah negara. Para stakeholder klub tersebut memakai istilah socios, semua saham klub dimiliki anggota yang otomatis merupakan suporter. Socios mempunyai hak menentukan masa depan tim dengan menentukan presiden, dewan direksi, dan dewan pengawas. Setiap orang, baik warga negara Spanyol atau absurd serta dari kalangan mana pun, bebas dan mempunyai hak menjadi anggota. Pemilihan sanggup memakai beberapa metode, biasanya memakai sistem online dengan melibatkan sebuah jaringan IT yang mempunyai security dan database tersendiri.

Barcelona yang mengadopsi sistem demikian memperlihatkan keleluasaan bagi suporter untuk andil dalam membuatkan klub. Untuk menjadi anggota klub atau yang lazim disebut socios tiap anggota memperlihatkan iuran tahunan sebesar 159 poundsterling. Total dari 170ribu anggotanya, Barca mendapatkan dana segar sekitar 27juta poundsterling untuk kepentingan sosial klub.

Terminologi kepemilikan klub menyerupai Barcelona memperlihatkan identitas bagi keterwakilan ideologi sepakbola bahwa kekuasaan terbesar sebuah klub seharusnya berada di tangan suporter, bukan investor yang haus uang tanpa mengerti tradisi.

Socios juga memperlihatkan iklim demokrasi kepada klub. Socios menentukan perangkat manajemen klub dengan cara yang demokratis. Imbal baliknya Klub akan membangun korelasi dengan komunitas lokal dan sanggup diakses oleh semua kalangan suporter.

Setiap simpulan musim, socios akan menggelar rapat penilaian menyeluruh ihwal prestasi tim maupun kondisi keuangan. Bila ternyata sasaran yang ingin dicapai gagal terwujud, socios sanggup meminta tanggung jawab presiden klub. Real Madrid contohnya. Presiden Madrid sekarang, Florentino Perez sempat mencicipi pesakitan dan terdepak dari klub dikala proyek Los Galaticosnya gagal menuai ekspektasi anggota klub.

Dalam arti lain siapapun yang hendak mencalonkan diri sebagai presiden klub harus mempunyai kapabilitas dalam mewujudkan visinya. Presiden klub tidak hanya dituntut untuk bisa memperlihatkan prestasi kepada klub, tetapi juga menjamin klub atau dirinya sebagai perwujudan wakil socios yang berpihak kepada klub/suporternya dan bukanlah representasi dari kepentingan personal dan kelompoknya.

Di Arema kita sanggup mengadopsi syarat ini, memastikan wakil yang terpilih di jajaran klub bekerja sepenuhnya untuk Arema. Mereka menerima kemudahan secara profesional dan sebaliknya harus bekerja secara totalitas untuk Arema. Tidak dibenarkan adanya perseorangan/kelompok yang duduk di dingklik manajemen Arema bekerja untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya diluar visi dan misi(AD/ART) klub.

Performa Finansial
Pendapat di La Liga didominasi oleh Barcelona dan Real Madrid. Pendapatan dari kedua klub tersebut menyumbang prosentase sebesar 48%(hampir setengah) dari seluruh pendapatan klub La Liga di ekspresi dominan 2006/2007.

La Liga ialah satu dari lima besar kompetisi sepakbola di dunia yang menghalalkan klub untuk mempunyai kontrak hak siar pribadi dengan jaringan Televisi. Pendapatan dari hak siar TV untuk Real Madrid dan Barcelona berdasarkan Deloitte jikalau dikombinasikan mencapai diatas 335juta euro untuk setahunnya. Jumlah ini jauh mengangkangi klub-klub di Liga Premier Inggris maupun Serie A.

Dari sektor lain contohnya pendapatan komersial, Barcelona dan Real Madrid menyumbang pemasukan sebesar 54% di tahun 2007 dari pendapatan total klub La Liga berdasarkan sektor komersial.

Walaupun di Barcelona terdapat 170ribu anggota klub yang melaksanakan iuran setiap tahun sebesar 159 poundsterling mereka juga tetap membeli tiket pertandingan dikala klubnya berlaga di Nou Camp. Dengan kapasitas stadion sekitar 90ribu orang ke170ribu anggota klub mudah bisa dibilang 'berebut' dingklik untuk menonton pertandingan klubnya. Dan itupun mereka melakukannya dengan membayar tiket secara resmi!

Tahun kemudian pendapatan Barcelona dari sektor tiket mencapai lebih dari 97juta euro setahunnya. Hal ini mengambarkan bahwa para anggota klub selain berfungsi membantu untuk membangun klub dengan menentukan calon presiden klub yang kapabel juga ikut serta dalam menjaga finansial klub yang dicintainya.

Berdasarkan isu dari Deloitte, Barcelona dan Real Madrid merupakan dua diantara 3 klub terkaya di dunia. List yang dikeluarkan oleh Deloitte mungkin tidak menjelaskan secara detail kondisi sebenarnya. Namun setidaknya data yang ada cukup memperlihatkan performa keuangan Real Madrid dan Barcelona sebagai dua entitas klub terbesar di ranah Spanyol.

Real Madrid dan Barcelona juga jarang sekali(atau bisa dibilang tidak pernah) terlibat duduk masalah dengan pembayaran honor pemain. Asosiasi pemain yang tergabung dalam Asociacion de futbolistas Espanoles/AFE mendapatkan 161 komplain di ekspresi dominan 2006/2007. Komplain juga berasal dari pemain yang berlaga di kasta ketiga/semi profesional dengan klaim lebih dari 4,1juta euro. Klub sebesar Levante juga sering mendapatkan komplain dari pemainnya mengenai honor yang tidak terbayar dan bahaya mogok dari pemainnya.

Di Spanyol hukum mengenai kesehatan finansial klub dijalankan secara ketat. Hal ini untuk menjaga kompetisi berjalan ke arah yang benar dimana tidak lagi adanya keluhan berupa problem finansial yang menghinggapi klub.

Di sisi lain pemerintah Spanyol juga mengumumkan sebanyak 6 klub di kasta pertama, 16 klub di kasta kedua dan 91 lain dibawahnya diminta untuk menurunkan besaran hutang mereka. Pemerintah Spanyol juga mengumumkan klub-klub di Spanyol yang berutang kepada negara sebesar 607juta euro, dan ancamannya didegradasikan secara paksa jikalau tidak terdapat perbaikan finansial klub.

Kultur Penggemar Sepakbola
Budaya sepak bola Spanyol bisa dianggap cermin keragaman yang luas dalam masyarakat Spanyol. Oleh alasannya itu, budaya sepakbola Spanyol dipengaruhi oleh politik dan sejarah, dan keragaman dalam pendukung sepak bola mencerminkan visi yang berbeda dari Spanyol. Di setiap kota/wilayah terdapat klub yang berdiri, berdiri sebagai simbol dan mewakili benderanya.

Ada juga gerakan suporter untuk mendukung tim regional/nasional menyerupai Basque dan Catalonia. Basque mempunyai klub Athletic Bilbao yang menjadi representasi pandangan politik warganya. Begitu juga dengan Klub Barcelona dengan warga Catalonia. Bahkan sudah terdapat 'Tim Nasional' Catalonia yang diperkuat beberapa pemain Barcelona dan Osasuna. Sudah tidak terhitung jumlah pertandingan internasional yang melibatkan Catalonia.

Pengaruh politik pada sepakbola Spanyol sangat besar lengan berkuasa dan berbeda dibandingkan dengan negara lainnya di benua Eropa. Jika persaingan antara Glasgow Celtic dan Rangers dipengaruhi atas issue yang berbau religi tidak demikian di Spanyol atau bahkan Indonesia yang sebagian klubnya berasal dari semangat eksistensi kedaerahan.

Real Madrid dipandang sebagai 'Tim Spanyol' berkat lima trophy juara di awal pergelaran Piala Champions Eropa(sekarang Liga Champions Eropa/UCL). Real Madrid juga mendapatkan penghargaan Duta Besar Spanyol berkat bantuan mereka dalam penggunaan 'external image' dari negara Spanyol.

Di lain pihak Barcelona dianggap sebagai 'duta besar tak resmi' dari provinsi Catalonia yang sudah usang meminta kemerdekaan terhadap pemerintah Spanyol. Persaingan yang berbau politis ini turut memberi bumbu rivalitas diantara keduanya. Dalam skala lain rivalitas serupa hadir di Spanyol dan dianut beberapa klub lain menyerupai Real Betis dan Sevilla, Deportivo La Coruna dengan Celta Vigo, Atheltic Bilbao dengan Real Sociedad dan lain sebagainya.

Sugesti
Situasi keuangan di beberapa klub yang menganut sistem kepemilikan berdasarkan keanggotaan klub cukup menguntungkan bagi pengembangan klub itu sendiri. Keuntungan yang diperoleh bukan saja berupa laba materiil tapi juga untuk sesuatu yang tidak sanggup diukur dengan uang, contohnya transparansi kinerja klub, peningkatan rasa kepemilikan klub dari anggota(yang otomatis bertindak sebagai suporter) kepada klub, dan lain sebagainya.

Gerakan kepemilikan klub oleh asosiasi anggota yang bertindak sebagai suporter juga mendorong Gerakan Supporters Direct di Spanyol/Eropa untuk mengontrol klub terutama terhadap performa finansial dan bahaya hutang.

Banyak sekali dewan direksi klub yang bekerja untuk jangka pendek dan meraih sasaran berupa prestasi. Jika tidak direncanakan secara matang dan memperhatikan kemampuan finansial klub sanggup mengakibatkan peristiwa berupa problem keuangan yang dalam beberapa masalah berakibat pada kebangkrutan.

Pengembangan Supporters Direct juga sanggup membuat solusi yang positif bagi kemajuan klub yang dilandasi semangat transparansi dan demokratis. Fokus kinerja ini sanggup dititik beratkan pada planning jangka panjang klub dan reformasi yang lebih luas kepada industri sepakbola.

Pelajaran yang diterima bagi pengembangan sepakbola di Arema ialah semangat yang melingkupi para socios dan rasa kepemilikan kepada klub. Dalam skala sempit yang sanggup dipakai untuk Arema, semangat ini sanggup mengilhami Aremania untuk tidak hanya 'buta fanatisme' untuk hanya sekedar menyukai klub tetapi juga terpikir atau keluar idealismenya dalam membuatkan klub.

Pemilihan presiden klub dan perangkatnya dilaksanakan secara demokratis, jauh dari bahaya konflik kepentingan atau kepentingan terselubung diluar sepakbola dan agenda untuk memajukan klub itu sendiri. Untuk hal menyerupai ini agar stakeholder Arema tercerahkan bahwa untuk memajukan klub sanggup dilakukan dengan cara menyingkirkan kepentingan diluar koridor sepakbola.

(sumber:wearemania.net)

Senin, 26 November 2012

Terkini Kesempatan Menebus Dosa Era Lalu


Saga Arema Indonesia dan Pelita Jaya berakhir sudah. Rencana merger yang sempat menghebohkan itu karenanya pupus seiring langkah Pelita Cronous mengakuisisi 100% saham Arema dan melepas Pelita Jaya ke Bandung Raya.

Sebuah skenario yang jitu. Bakrie sangat tahu Arema membutuhkan investor dan sekaligus menyadari Pelita Jaya sama sekali tidak berprospek bagus. Namun ada dongeng menarik di balik saga kedua klub tersebut. Bagi saya yang paling menarik yaitu sosok Iwan Budianto.

 Rencana merger yang sempat menghebohkan itu karenanya pupus seiring langkah Pelita Cronous Terkini Kesempatan Menebus Dosa Masa Lalu

Pria yang pernah menjadi manajer Arema Malang di awal 2000-an tersebut kini duduk sebagai CEO Arema Indonesia. Setelah sebelumnya menjadi CEO Pelita Cronous yang membawahi Pelita Jaya, Iwan mendapat keyakinan menjadi CEO Arema sesudah diakuisisi Bakrie Grup.

Keberadaan Iwan di Arema menjadi pembukti bahwa tidak ada musuh abadi di dunia sepakbola. Di sini benang merahnya. Bercerita soal perjalanan Iwan, saya harus kembali lagi ke era 2002-2003 silam. Peristiwa yang telah berlalu satu dasawarsa namun saya yakin masih diingat benar oleh Aremania.

Tahukah apa predikat yang disematkan Aremania kepada Iwan Budianto kala itu ? “Pengkhianat”. Ya, Iwan Budianto menjadi musuh besar bagi Aremania sesudah meninggalkan Stadion Gajayana dan menuju Stadion Brawijaya, Kediri, untuk menangani Persik Kediri. Tak sekadar geser ke Kediri, Iwan juga membawa hampir seluruh skuad Arema.

Bedol desa itu merupakan kejadian paling menyakitkan, apalagi Singo Edan sedang krisis keuangan. Kebencian Aremania kepada Iwan Budianto semakin menjadi alasannya ekspresi dominan berikutnya Persik Kedisi juara Divisi Utama (sebelum ada ISL), sedangkan Arema harus degradasi ke Divisi I.

Sejak itulah sejarah permusuhan Arema - Persik diawali dan sampai kini kedua supporter klub tidak pernah akur. Sebenarnya bukan perpindahan Iwan Budianto yang memicu kebencian Aremania waktu itu. Namun keputusannya membawa rombongan besar pemain Arema ke Kediri.

Saat Iwan duduk di posisi manajer tim Arema mendampingi Lucky Adrianda Zaenal, prestasinya juga tidak mentereng. Hanya saja Iwan yang kondang sebagai menantu Walikota Kediri ketika itu dipandang sebagai sosok yang akil 'mencari duit' untuk menopang keuangan Arema yang reot.

Namun seiring pergantian waktu, kebencian Aremania terhadap Iwan Budianto bertahap mulai luntur. Selain Iwan sudah tidak berada di Persik, laki-laki yang pernah kesandung info suap pada 2011 kemudian ini juga tidak lagi bersentuhan dengan Arema. Aremania juga sudah mulai lupa pada sosok Iwan Budianto.

Jelang ekspresi dominan 2011-2012 lalu, Iwan mulai muncul kembali di Malang dan berencana menjadi investor Arema. Tapi planning karenanya gagal alasannya adanya sengketa di badan Singo Edan. Satu ekspresi dominan berselang, karenanya ia benar-benar berhasil kembali ke Malang dengan membawa bendera Bakrie Grup.

Mulai menggagas kerjasama Arema-Pelita, planning merger, sampai karenanya mengakuisisi Arema Indonesia. Posisi CEO Arema ibaratnya menjadi pencuci nama bagi Iwan Budianto yang pernah menjadi public enemy bagi Aremania sepuluh tahun silam. Dia seakan mendapat kesempatan 'menebus dosa' kepada Arema, meski nyata-nyata ia adal seorang Arema.

Aremania pun sepertinya sudah tidak antipati terhadap sosok yang pernah duduk di kepengurusan PSSI ini. Sudah tidak ada lagi kebencian atau omongan miring soal Iwan Budianto yang dulu dicap pengkhianat. Apa alasannya Iwan kali ini tiba membawa uang ? Entahlah. Menurut saya supporter mulai sadar tak ada gunanya menanam dendam di sepakbola.

Lagipula, bagi klub sepakbola, uang terperinci lebih jauh penting dibanding sebuah kebencian. Jika hanya ngotot dengan kebencian, maka Arema mungkin tidak akan mendapat investor kakap mirip sekarang. Arema tetap menjadi tim dengan rekening melompong.

Harus diakui Iwan Budianto menjadi sosok vital di balik akuisisi Arema Indonesia oleh Pelita Cronous. Iwan lah otak yang merancang skenario di Stadion Kanjuruhan selama ini, walau harus didahului dengan polemik soal planning merger Arema-Pelita. Well, 'From Zero to Hero'

(sumber:sindo)

Rabu, 19 September 2012

Terkini Yang Tertinggal Selama Arema Berkonflik

Seri : Merangkai Kembali Tinta Emas Singo Edan (1)

Di kantor saya pernah mempunyai seorang sobat yang merupakan pendukung dari Persib Bandung, salah satu klub Liga Super Indonesia(ISL) yang kini menjadi seteru Arema. Ichsan, sobat saya yang mengaku sebagai bobotoh meski tidak mempunyai keterikatan emosional dengan beberapa organisasi suporter Persib menyerupai Viking, Bomber, dan lainnya. Namun baginya urusan klub sepakbola lokal hanya Persib di hatinya.

Seperti biasa, bila menyangkut dialog perihal klub sepakbola yang dibela, saya dan Ichsan niscaya akan memasang perilaku defence untuk mendukung timnya. Topik dialog yang digulirkan ada bermacam-macam, mulai dari seputar kekuatan tim, prestasi hingga beberapa hal lain yang menyangkut diantara kedua tim tersebut.

 Merangkai Kembali Tinta Emas Singo Edan  Terkini Yang Tertinggal Selama Arema Berkonflik

Urusan kekuatan tim memang saya tidak bisa memungkiri bila beberapa tahun terakhir Persib seolah menjejakkan diri sebagai klub bertabur bintang. Sederet pemain beken bergantian menghiasi komposisi klub setiap tahunnya, menyerupai Eka Ramdani, Yaris Riyadi, Maman Abdulrachman hingga formasi pemain absurd sekaliber Christian Gonzalez, Christian Bekamenga dan lainnya.

Namun, diantara sederet pemain beken tersebut nyaris tidak menghasilkan suatu hasil yang berarti berwujud trophy dan medali penghargaan. Sejak meninggalkan "pakem" dimana kekuatan Persib yang dulunya ditopang lebih dari 90% pemain berasal dari Jawa Barat justru belum pernah mencicipi nikmatnya menjadi juara. Terakhir kali mereka menjadi juara di tahun 1994/1995, ketika hanya menyisakan Sutiono, satu-satunya pemain non Jawa Barat di starting line up Persib kala menghadapi Petrokimia Putra di final Liga Indonesia I.

Untuk hal yang menyerupai ini, setidaknya saya bisa sedikit mengerjai sobat saya dengan menawarkan sindiran halus "Your player make money, but our player make history", salah satu sindiran yang diungkapkan oleh pendukung Manchester United kepada rival sekotanya, Manchester City. Untuk hal menyerupai ini, sebagai Aremania tentu saja saya bisa sedikit membusungkan dada atas prestasi yang diraih oleh tim Singo Edan. Namun, cukup hingga disitu saya bisa sedikit tersenyum, kisah selanjurnya malah lebih menciptakan saya sedikit terhenyak.

Tanpa bermaksud mengecilkan arti bagi usaha untuk mendirikan dan menjaga tim sebesar Arema, namun beberapa fakta yang saya ceritakan nantinya semoga bisa menjadi dorongan konkret untuk Arema dan Aremania untuk berbuat lebih bagi klub yang kita cintai ini.

Tak banyak dari kita yang mengetahui bila Persib Bandung mempunyai mess dan tempat latihan tersendiri. Fauzan, salah seorang bobotoh sekaligus sobat usang ketika masih aktif di lembaga ligaindonesia menceritakan lewat blognya fauzan47 mengenai lingkungan stadion Persib yang terdiri dari mess dan sarana latihan yang sanggup dipakai sebagai tempat latihan Persib.

Mess dan sarana latihan ini dibangun beberapa tahun lalu, dan resmi dipakai pada 5 Mei 2008. Mess ini mempunyai akomodasi yang beraneka ragam menyerupai lapangan sepakbola yang berjulukan lapangan Sidolig, yang terletak di depan mess pemain Persib. Keberadaan lapangan ini tentu saja sejatinya cukup menunjang bagi tim berjuluk Maung Bandung tersebut.

Letak yang strategis dan bersebelahan dengan mess tidak menguras tenaga tim untuk mencari sarana latihan yang lebih jauh menyerupai di Stadion Siliwangi ataupun tempat lainnya(Bandingkan bila Arema harus mencari tempat latihan yang berjarak puluhan kilometer dari mess!). Pun demikian dengan problem perawatan, tahun kemudian Pemkot Bandung 'menyumbangkan' dana 600juta rupiah untuk memperbaiki kondisi rumput dan mess pemain.

Selain itu didalam mess pemain Persib juga terdapat sederet kamar pemain beserta fasilitasnya menyerupai tempat tidur, pendingin udara/AC, lemari, dsb. Untuk menunjang kebutuhan pemain didalam mess juga dilengkapi dengan ruang tamu VIP, dapur hingga peralatan lain.

Awalnya ketika membangun mess tersebut akan dilengkapi dengan komplemen bangunan berupa sentra merchandise Persib dan mess untuk diklat Persib. Namun, seiring waktu bergulir klub yang berdiri semenjak tahun 1933 tersebut juga berinovasi dengan membangun museum Persib beserta homebase-nya. Komisaris PT PBB Kuswara S Taryono, PT PBB sudah menyiapkan dana untuk pembangunan homebase ini dan masih dilakukan survey untuk lokasi pembangunan homebase tersebut.

 Merangkai Kembali Tinta Emas Singo Edan  Terkini Yang Tertinggal Selama Arema Berkonflik

Homebase ini direncanakan akan dilengkapi akomodasi fasilitas guna memenuhi kebutuhan Persib Bandung, Diantaranya mess pemain, tempat latihan, ruang pertemuan. Selain itu, di homebase ini akan dibangun Museum Persib Bandung. Museum ini akan berisikan perjalanan sejarah Persib Bandung semenjak pendirian hingga dikala ini, dikutip dari laman bola.net.

Sebelum berkutat dengan stadion Persib beserta messnya, Persib juga melaksanakan banyak sekali terobosan dengan mempunyai bus Persib. Bus yang berkapasitas sekitar 40 penumpang dengan konfigurasi seat 2-2, lengkap dengan pendingin udara didalamnya. Bahkan replika/miniatur bus Persib ini juga sanggup didapatkan di Viking Fans Shop, salah satu toko penjual merchandise Persib.

Viking Fans Shop sendiri juga kreatif dalam menjual produknya, mereka juga menjual banyak sekali atribut Persib secara mobile memakai bus yang disulap beratribut Persib dan dinama Viking Fans Shop Mobile Store. Bus tersebut beredar semenjak pukul 10 pagi selama 12 jam di daerah Gedung Sate.

Yang tidak kalah mencengangkan lagi dari acara Persib ialah planning direksi Persib untuk melaksanakan Initial Public Offering/Penawaran Saham Perdana. Jika terwujud maka planning ini menjadi yang pertama dari sejarah klub sepakbola di Indonesia yang telah mempunyai tubuh aturan berbentuk perseroan terbatas.

Seperti dikutip dari laman Detik Finance, dengan jumlah pendukung sekitar 5,3juta orang diperlukan sekitar 1 persennya saja, atau sekitar 50ribu bobotoh berpartisipasi dalam pembelian saham perdana ini. Rencananya jumlah saham yang dilepas sebanyak 45% dan rencananya ini sudah disetujui oleh pemangku saham Persib yang terdiri dari PT Surya Eka Perkasa milik Glen Sugita mantan atlet tenis Jawa Barat sebesar 70%, sedangkan 30% sisanya dipegang oleh 5 individu tokoh asal Jawa Barat.

"Dananya rencananya akan kita gunakan untuk membangun mess dan tempat latihan berstandar AFC. Ini penting alasannya ialah banyak pemain kelas dunia yang mensyaratkan hal ini, demikian juga pelatih-pelatih kelas dunia ingin mess dan tempat latihan yang standar," tukas Farhan dikutip dari situs Detik Finance diatas.

Selain itu Persib juga mempunyai banyak sekali produk media massa baik official maupun non official. Produk yang dibentuk majemuk ada tabloid hingga majalah. Yah, Persib telah mempunyai majalah yang membahas seputar Persib beserta bobotohnya. Kang Novan, jurnalis yang juga blogger, mendata jumlah media Persib sebanyak 10 buah yang terdiri dari 4 majalah dan 6 tabloid (Yang saya ketahui Arema pernah mempunyai 4 buah dari Tabloid Striker, Arema, Singo Edan hingga Forza Arema).

Keberadaan media ini tentu mendukung banyak sekali hal, mulai dari sarana kreatifitas para bobotoh, hingga sebagai sarana pemasaran klub. Dengan jumlah oplah yang beredar mencapai ribuan tentu menjadi nilai tambah bagi klub bila minimal ingin mengintegrasikannya kedalam bentuk presentasi ketika berhadapan dengan sponsor/investor.

Persib juga mempunyai jaringan TV sendiri yang dinamakan sebagai Persib TV (entah, apakah Persib TV ini dikelola pribadi dibawah kendali administrasi Persib atau tidak). Namun, melihat sepak terjang tayangan televisi yang menyiarkan pribadi pertandingan Persib selalu mempunyai TV Rating dan Share Audience yang tinggi (tertinggi di Indonesia), tidaklah heran bila kemudian ada yang beropini perlunya pembentukan Persib TV untuk menunjang promosi klub.

Apa yang dilakukan oleh Persib didukung oleh banyak hal, menyerupai sumbangan yang besar lengan berkuasa dari suporter akan produk bisnis yang berbau Persib, serta faktor iklim yang menopang perkembangan bisnis Persib menyerupai diucapkan oleh Syahrul Sajidin, Aremania asal Tarakan yang aktif menulis di dunia maya. "Bukan diam-diam umum lagi bila Bandung ialah pusatnya industri kreatif di Indonesia dan didukung oleh pangsa pasar yang besar dan menjamur di Jawa Barat dengan puluhan juta penduduknya", tambahnya.

Ibarat gading yang tak retak,memang selama ini Persib bukanlah klub yang sukses 100% dalam pelaksanaannya selepas meninggalkan kucuran APBD untuk beralih sebagai klub yang mandiri. Tiga ekspresi dominan pertama harus dijalani dengan kondisi neraca keuangan negatif dimana klub mengalami kerugian puluhan miliar.

Namun, kerugian tersebut bisa pupus alasannya ialah ditambal oleh beberapa pihak yang bertanggung jawab atas kerugian yang dialami Persib. Sejak dikelola oleh administrasi PT Persib Bandung Bermartabat(badan aturan Persib) kerugian yang dialami klub berjuluk Maung Bandung terus berkurang. Yang istimewa, kebijakan tersebut hanya dianggap menghapus kerugian bagi Persib dan tidak dianggap sebagai hutang. Tentu saja berbeda dengan apa yang dialami Arema, dimana salah satu laman ongisnade.co.id sempat menerbitkan rangkaian artikel yang berisi tanda tanya dalam pengelolaan keuangan Arema.

Menilik relasi antara Aremania dengan Viking (julukan bagi fans Persib) yang tidak berjalan harmonis, tidaklah elok bila kita meninggalkan perilaku sportifitas dalam hal persaingan untuk menuju yang terbaik. Perubahan yang terjadi pada Persib sanggup menjadi pelecut dan semangat bagi Arema untuk maju.

Hambatan adanya dualisme perlu dipikirkan solusinya semoga tidak menghambat kehidupan klub. Persoalan dan cara mengatasinya tentu tidak sanggup diselesaikan dengan cara omelan, makian, cercaan, keluhan ataupun tindakan vandalisme lainnya(teriring inspirasi untuk menuliskan hal demikian sesudah membaca Manufacturing Hope 11 dari Dahlan Iskan).

Mungkin benar apa kata Dahlan Iskan, problem di Arema tidak bisa hanya diselesaikan lewat keluhan dan gerojokan(modal?), menyerupai halnya Erwiyantoro sesepuh sepakbola nasional yang menjadi admin pages Cocomeo News yang beropini para pebisnis di sepakbola tidak sanggup berinvestasi hanya dengan membiayai kebutuhan klub sepakbola dari semusim ke semusim berikutnya, alasannya ialah berapapun modal yang miliki akan habis dalam sekian waktu tertentu.

Makna dari kalimat Erwiyantoro tersebut juga mengajarkan bagi kita untuk sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan tidak mengharapkan jeram modal semata dalam menghidupi klub. Jika perlu Erwiyantoro sanggup mengajarkan kepada kita bagaimana cara mengelola dan berbisnis sepakbola secara benar, dalam artian tidak hanya bisa menghidupi klub di setiap musimnya namun juga menghasilkan keuntungan.

Dengan kondisi demikian, ayo kita bergotong royong lagi mengeluarkan segala penemuan kita untuk memajukan Arema sebagai klub yang kita cintai ini.
"S1J"

(sumber:wearemania.net)

Senin, 17 September 2012

Terkini Arema Bukan Sekedar Klub Sepakbola


"Kamu dari mana," tanya seorang mitra gres dari kawasan seberang ketika kita gres saja menjejak kaki di kawasan baru. Seluruh warga malang mungkin akan menjawab, "Saya/Ayas dari Malang,". Sang mitra lalu kebanyakan/rata-rata bertutur, "Oh Arema ya?!,".

Itulah kiasan singkat dongeng dari pengalaman kawan-kawan yang merantau mencari nafkah hingga keluar dari bumi yang dicintainya Malang. Mereka sangat gembira menjadi warga Malang, warga Arema. Nama Arema tidak akan pernah bisa lepas untuk dicopot dengan nama klub lain, bahkan klub rival sekotanya. Istilahnya Malang memperlihatkan nuansa pujian yang tidak bisa lepas meski kita sudah lepas dari malang hingga sudah beranak-pinak di negeri orang.

 tanya seorang mitra gres dari kawasan seberang ketika kita gres saja menjejak kaki di daer Terkini Arema Bukan Sekedar Klub Sepakbola

Aremania sudah menjadi identitas, "Sama menyerupai semboyan Barcelona, Arema bukan sekedar klub. Tetapi saya yakin teman-teman tidak memalsukan kiasan itu dari Barcelona alasannya saya sendiri gres tahu arti kata 'Mes Que Un Club' baru-baru ini dari Internet," Kata seorang mitra usang yang bekerja di Kalimantan Selatan dan mengaku sebagai Aremania juga penggemar Barcelona dimana ia kemarin sudah pulang untuk pulang kampung ke Malang, serta menyempatkan diri menikmati meteor garden.

Begitupula dengan program ulang tahun kemarin. Tidak banyak klub di Indonesia yang merayakan ulang tahun melebihi suasana tahun gres atau bahkan melebihi kemeriahan ulang tahun Malang Raya (Kota Malang, Kab Malang, dan Kota Batu). Kemeriahanan, rasa loyalitas hingga pujian tumpek blek menjadi satu dan diteriakkan secara membahana di langit kota.

Sejarah Aremania

Tak banyak yang tahu bagaimana dongeng Aremania itu bermula. Karena dulu sempat heboh sekelompok pemuja Arema menamai diri sebagai AFC (Aremania Fans Club) yang hasilnya bubar secara sendiri.

Nah, diulang tahun perak ini. Sang penggagas nama aremania hadir. Namanya sudah dikenal di dalam buku sejarah untuk melontarkan kata Aremania pertama kali. Ovan Tobing. Ya, lelaki berdarah Batak yang populer dengan bunyi yang menggelegar ketika MC ini menceritakan bagaiman inspirasi kata Aremania terbentuk begitu saja. Tanpa organisasi, tanpa ketua, yang hanya ialah anggota yang saling bersatu padu menjaga kekompakan dan sangat gembira dengan identitas Arema lebih dari sekedar klub.

"Saya dulu prihatin dengan tawuran yang sudah mengakar hingga antar gang, banyak yang terlibat dalam kepentingan Goalongan dan kedaerahan. Sehingga ketika juara Galatama 1993, peringatan kemenangan dan kemeriahan masih terkesan biasa," Kata OT, sapaan dekat Ovan Tobing.

 tanya seorang mitra gres dari kawasan seberang ketika kita gres saja menjejak kaki di daer Terkini Arema Bukan Sekedar Klub Sepakbola

"Saya ingin suporter Arema benar-benar mendukung tim kesayangannya. Bukan berlandaskan latar belakang politik atau yang lainnya. Memang waktu itu sudah ada lembaga suporter Arema tapi terkesan ekslusif dan tida bisa menjangkau suporter dari kalangan bawah. Saya berpikir keras, hasilnya nama Aremania muncul di kepala saya. Artinya Arema Maniac, pendukung setia Arema. Sangat sederhana namun kena, alasannya tidak terbawa arus politik apapun," katanya lugas dalam program ulang tahun Arema di kantor Arema Indonesia. Jalan Kartanegara no 7.

Ovan yang memakai jaket merah lalu memperlihatkan di belakang jaket itu ada goresan pena yang berbunyi 'AREMANIA'. "Jaket ini dibentuk usai Arema menjadi juara Galatama dan saya pakai ketika untuk pertama kalinya kompetisi Indonesia dilebur menjadi Liga Indonesia di tahun 1994," tuturnya.

"Pertandingan itu sudah lama, alasannya saya sudah lupa melawan apa. Namun banyak wartawan yang bertanya kepada saya. Apa arti kata Aremania di belakang jaket ini. Jika nawak bertanya kenapa jaket ini berwarna merah apakah dulu Arema punya baju merah. Bukan, jaket ini ialah pemberian dari Djarum. Saya dulu waktu itu belum punya banyak uang untuk membeli jaket. Saya juga berterima kasih kepada Djarum yang telah memberi jaket" kata ia yang lalu dibarengi untuk melepas jaket.

Jaket ini dianggap OT Sebagai barang yang sangat sakral. Karena berkat jaket ini nama Aremania berkembang menjadi sakral dan sudah sering menjadi acuan suporter di Indonesia. Keingina OT yang hingga ketika ini belum kesampaian ialah bertemu dengan pembuat jaket.

"Satu impian saya yang tidak bisa terwujud ialah bertemu dengan si pembuat jaket ini. Saya pernah meminta pinjaman pihak Djarum, namun mereka juga sudah tidak tahu lagi. Buat saya, si pembuat jaket ini berjasa besar bagi Aremania. Tanpa jaket ini, simbol kebesaran Aremania mungkin tidak sanggup terwujud," urainya.

Bagaimana dengan perpecahan yang menyulut dualisme Arema. Bagi nawak-nawak tidak usah saling caci alasannya OT bilang, "Semua kembali kepada Aremania, mau mendukung mana mereka alasannya dukungan ada di hari nuraninya masing-masing,".

(wearemania.net)

Kamis, 13 September 2012

Terkini Tips Menonton Pertandingan Arema Dengan Cara Legal

Melihat dari sekian ribu Aremania yang biasa aktif mendukung kesebelasan Arema di stadion terdapat aneka macam macam motif untuk tiba dan meramaikan stadion. Ada yang tiba hanya sekedar menyaksikan bintang pujaannya, rekreasi dengan menonton jalannya pertandingan atau memang sedari awal sudah fanatik dengan klub yang bangun pada 11 Agustus 1987 tersebut.

Para suporter yang tiba ke stadion berasal dari aneka macam tempat dengan tingkat ekonomi yang berbeda pula. Ada suporter yang leluasa tiba kapan saja ke stadion tanpa terhambat oleh halangan aktifitas dan kondisi sosial ekonominya, namun ada pula suporter yang tidak leluasa tiba ke stadion alasannya ialah terhambat oleh aktifitas dan kondisi ekonomi yang kurang mendukung.

Melihat dari sekian ribu Aremania yang biasa aktif mendukung kesebelasan Arema di stadion  Terkini Tips Menonton Pertandingan Arema Dengan Cara Legal

Khusus yang terakhir ini memang dirasa sangat menyesakkan saat hasrat untuk menonton pertandingan sudah diubun-ubun harus tertunda alasannya ialah tiada dana. Bagi mereka yang bermodal nekat(baca : bondo nekat) prinsip tiada rotan akarpun jadi sanggup menjadi sarana utama untuk tiba ke stadion. Dengan cara mberowot(baca : menerobos antrian di pintu masuk) atau memanjat dinding stadion mereka sanggup memuaskan hasrat untuk mendukung tim kesayangannya. Perkara jalur yang ditempuh ialah ilegal dan melanggar norma yang ditetapkan sanggup jadi kerap diacuhkan meski hal tersebut berpotensi merugikan klub yang didukungnya.

Namun ada cara legal nan membawa manfaat bagi Aremania yang tanpa modal ataupun minim ingin selalu aktif tiba ke stadion tanpa khawatir harus melaksanakan tindakan yang berujung pada kerugian klub. Misalnya mencoba berbisnis kecil-kecilan yang selisih manfaatnya sanggup dijadikan sebagai modal untuk menonton setiap pertandingan Arema. Apa saja yang sanggup dilakukan Aremania nantinya ?

1. Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman merupakan hal yang biasa disajikan atau diperdagangkan didalam ataupun diluar stadion. Ada aneka macam macam bentuk purwarupa masakan dan minuman yang disajikan baik masakan ringan, cemilan atau masakan pokok berkarbohidrat untuk bekal makan siang ataupun malam.

Kebetulan di Stadion Kanjuruhan ataupun Stadion Gajayana pedagang masakan dan minuman masih diperbolehkan berjualan baik didalam dan diluar stadion sepanjang mentaati peraturan yang berlaku. Ada baiknya sebelum berjualan masakan dan minuman Anda memperhatikan beberapa hal yang sekiranya membantu untuk memperlaris dagangan Anda diantaranya:
- Cuaca. Jangan berjualan makanan/minuman hirau taacuh saat cuaca sedang hujan, dsb
- Okupansi Penonton. Semakin ramai kondisi stadion, semakin besar peluang dagangan untuk laku
- Pahami kebutuhan. Kala cuaca panas, berdagang minuman ialah salah satu solusi tepat
- Jangan berjualan masakan yang rentan akan cepat basi
- Giatlah berjualan selama sebelum atau selama jeda pertandingan. Hindari berjualan keliling saat sudah masuk waktu pertandingan.

Di Stadion Kanjuruhan maupun Gajayana, biasanya terdapat puluhan pedagang yang berjualan di dalam maupun luar stadion. Jika Anda pedagang masakan yang membawa gerobak dagangan maka wilayah jualan Anda berada diluar stadion, terkecuali jikalau Anda mau repot-repot membawa sebagian barang dagangan Anda masuk ke dalam stadion dan memastikan gerobak dagangan beserta sebagian isinya masih kondusif untuk ditempatkan diluar. Sangat mustahil membawa gerobak dagangan masuk kedalam stadion bukan?

Diluar itu Anda sanggup membawa barang dagangan sembari menonton pertandingan Arema selama Anda masih sanggup menjaga tata tertib dan hukum yang berlaku.

2. Perlengkapan Suporter
Kebutuhan suporter tatkala tiba ke stadion beraneka ragam. Didalam atau diluar stadion mereka membutuhkan beberapa hal dasar untuk melengkapi hasratnya menonton pertandingan. Sama halnya dengan Aremania, selain masakan dan minuman Anda sanggup juga membawa produk dagangan lain yang dibutuhkan oleh suporter. Misalnya perlengkapan kecil suporter menyerupai terompet plastik, bendera plastik kecil, bundel yang berisi gulungan dan lembaran kertas confetti, dll.

Beberapa perlengkapan tersebut sanggup masuk ke dalam stadion sepanjang tidak terdapat/menggunakan komposisi materi yang berbahaya dan dihentikan masuk ke stadion. Misalnya tidak mengisi gulungan confetti dengan kerikil, kerikil dan semacamnya yang sanggup melukai penonton atau pemain dilapangan dan sebagainya.

Jika Anda ingin berjualan di stadion hindari berjualan produk yang mempunyai volume besar dan berharga mahal(kata mahal disini sanggup berarti subyektif, namun kata mahal disini saya gunakan sebagai pengganti variabel harga yang sekiranya mempunyai nilai diatas rata-rata uang cash yang biasa dibawa suporter ke stadion) menyerupai bass drum, dan semacamnya. Selain repot bagi Anda yang ingin membawanya dalam jumlah banyak kedalam stadion, juga masih belum terlalu banyaknya suporter yang tiba ke stadion dengan membawa uang senilai atau lebih dari nilai produk yang ditawarkan tersebut.

3. Jasa
Selain menjual produk riil, bagi Anda yang kurang mempunyai modal sanggup juga memperoleh sedikit laba yang sanggup Anda gunakan untuk membeli tiket pertandingan-pertandingan Arema selanjutnya. Caranya, tawarkan jasa Anda kepada yang membutuhkan!

Jika Anda mempunyai skill memijat, Anda sanggup membuka lapak kecil diluar stadion khusus bagi para suporter yang mempunyai duduk kasus dalam kebugaran. Biasanya dialami oleh para suporter yang menempuh perjalanan jauh untuk tiba ke Stadion Kanjuruhan. 2000 atau 10000 rupiah perorang tak mengapa, namun jikalau Anda sanggup memperoleh pasien dalam jumlah banyak tak terbayang berapa laba yang didapat. Modalnya pun kecil, keahlian memijat dipadu dengan beberapa perlengkapan sederhana menyerupai minyak kelapa, dll.

Beragam jasa lainnya sanggup Anda coba kepada calon penonton lain. Misalnya bagi yang mempunyai tempat tinggal di akrab stadion sanggup menyewakan sebagian ruang atau halaman rumahnya untuk tempat parkir penonton. Tarif yang dibebankan biasanya sekitar 2000-3000rupiah per motor. Anda sanggup berafiliasi dengan teman/kerabat lainnya jikalau merasa kerepotan untuk bekerja sendiri atau tidak mempunyai calon lahan parkir sementara sobat dan kerabat Anda memilikinya.

Dari sekian jenis jasa yang sanggup Anda tawarkan, saya sendiri tidak merekomendasikan kepada Anda untuk membuka jasa peramal yang khusus ini. Misalnya, ramalan skor pertandingan, ramalan bola yang keluar(out, dsb) untuk dipakai sebagai sarana berjudi. Tak terkecuali jikalau Anda ingin menjadi bandarnya. Ada sekian ratus personel keamanan dalam setiap pertandingan Arema, lebih baik carilah jenis jasa lain yang sanggup Anda tawarkan kepada calon penonton tanpa melanggar hukum yang berlaku.

***

Saya yakin masih banyak lagi referensi wiraswasta yang sanggup dipakai Aremania sebagai sarana menonton pertandingan Arema. Khususnya bagi mereka yang tanpa modal/bermodal minim dan ingin menonton Arema secara legal dengan cara membeli tiket pertandingan.

Jika dulu semasa kecil Anda yang berkantong tipis(atau malah tiada dana sama sekali) sanggup 'menggunakan' belas kasih penonton yang bertiket dengan cara nunut(baca : menumpang masuk ke stadion), sekarang bagi Anda yang sudah pintar balig cukup akal cara yang demikian sangat mustahil untuk dipakai lagi. Salah-salah Anda sendiri yang terusir oleh petugas portir stadion sebelum sukses duduk di dingklik tribun.

Bagi Anda yang ingin berdagang diperlukan untuk mematuhi hukum berlaku, menyerupai tidak menjual minuman keras(memiliki kadar alkohol menyerupai yang disyaratkan oleh undang-undang), petasan dan sejenisnya ataupun menjual barang berbahaya yang sanggup melukai penonton/pemain(senjata tajam), dan sebagainya.

Nahhh, kira-kira apakah ada pendapat atau cara lain dari umak untuk mensiasati hasrat untuk menonton pertandingan Arema dengan modal minim atau tidak mempunyai modal sama sekali secara legal ?
(sumber:memoar anak negeri)

Minggu, 09 September 2012

Terkini Skuad Muda Arema Berharap Sentuhan Magis Paulo Camargo

Kedatangan Pelatih Paulo Camargo ke Arema Indonesia menjadi kabar bangga bagi pemain muda. Kepelatihan Camargo menjadi momentum berharga bagi talenta-talenta belia Arema menawarkan kualitasnya di depan Aremania, suporter fanatik Arema.

Kedatangan Pelatih Paulo Camargo ke Arema Indonesia menjadi kabar bangga bagi pemain muda Terkini Skuad Muda Arema Berharap Sentuhan Magis Paulo Camargo
Camargo dikenal sebagai instruktur yang tidak mengutamakan pemain bintang dalam timnya. Dia bisa membaca kemampuan pemain tanpa memandang usia maupun status di klub sebelumnya. Dia sudah menunjukan itu. Pamor pemain cemerlang sesudah dipoles mantan instruktur Sao Paulo itu. Tak heran kalau pemain-pemain muda Arema tak sabar menunggu kedatangan instruktur ini ke Stadion Kanjuruhan.

“Saya mendengar Camargo suka mengorbitkan bakat-bakat gres di tim. Tentu saja itu menjadi kabar bangga bagi saya sebagai pemain muda alasannya ialah berpeluang lebih banyak kesempatan. Saya sangat berharap Camargo mempertahankan gaya kepelatihannya itu,” ucap Dendi Santoso, striker muda Arema Indonesia.

Pemain berusia 22 tahun ini sejatinya sudah menjadi bab penting tim Arema dalam beberapa animo terakhir. Namun, alasannya ialah usianya yang masih muda dan belum banyak pengalaman, tim utama tidak selalu menjadi habitat ideal baginya. Dilatih Camargo, beliau berharap kemampuannya bisa terus berkembang.

Nama menyerupai Dendi dan sejumlah pilar Arema lainnya pernah mencicipi sentuhan Robert Rene Alberts yang gemar mengorbitkan bakat baru. Saat dilatih Robert pula Dendi dan kawan-kawan menerima kepercayaan lebih dalam tim. Itu yang menjadi cita-cita animo depan. Pemain yang bisa berposisi winger atau striker ini sangat mendukung penunjukan Camargo sebagai instruktur Arema.

Penunjukan itu, berdasarkan dia, sebagai bukti administrasi Arema sangat peduli dengan perkembangan skuad muda, terutama sesudah melihat apa yang telah dilakukan Camargo. Manajemen Arema terlihat terang ingin mengoptimalkan kemampuan Camargo menangani pemain-pemain muda. Itu terlihat dalam perpanjangan kontrak kepada sejumlah pemain.

Kedatangan Pelatih Paulo Camargo ke Arema Indonesia menjadi kabar bangga bagi pemain muda Terkini Skuad Muda Arema Berharap Sentuhan Magis Paulo Camargo
Rata-rata mereka yang dikontrak berusia di bawah 30 tahun, kecuali Ahmad Kurniawan dan Khusnul Yuli. Jika diambil rata-rata, usia pemain Arema yang sejauh ini dikontrak ialah sekitar 24 tahun.

“Kami memiliki banyak pemain muda berbakat. Kami ingin regenerasi tanpa harus banyak mengeluarkan dana untuk membeli pemain bintang,” tutur Ruddy Widodo, Direktur Utama Arema.

Perekrutan paling mencolok sejauh ini hanyalah pemain muda Reza Mustofa dari Persema Malang. Ruddy menegaskan Arema belum memiliki rencana merekrut pemain dengan status bintang dan nilai kontrak selangit. Hingga sekarang beliau menilai kekuatan pemain lokal Malang masih sangat bagus.

“Kami punya Dendi, Reza dan beberapa pemain muda yang akan dipromosikan ke tim senior. Camargo sejauh ini juga tidak meminta pemain macam-macam. Jadi, berdasarkan saya, pemain muda harus bekerja keras dan memanfaatkan kesempatan dilatih Camargo,” pungkas Rudi.
(kukuh setyawan)

Sabtu, 11 Agustus 2012

Terkini Selamat Ulang Tahun Perak Arema Indonesia ...!!!

Hari ini, 11 Agustus, skuad Arema Indonesia genap berusia 25 tahun. Tim pujian Arek Malang ini sudah semakin dewasa. Singo Edan harus bisa menggapai prestasi yang lebih baik lagi kedepannya. Paling tidak, itu ibarat yang menjadi impian dan keinginan dari seluruh penggawa Arema, Aremania dan arek-arek Malang dimanapun berada.

Sepanjang berdiri, Arema pernah menyabet rentetan thropy juara, diawali dari Piala Galatama 1992, kompetisi Galatama 1992-1993, Liga Divisi I 2004, Piala Indonesia 2005,2006 sampai Liga Super Indonesia 2009-2010. Selain itu, untuk tim U-18, tercatat pernah meraih juara Piala Suratin atau Liga Remaja 2007.

 Tim pujian Arek Malang ini sudah semakin remaja Terkini Selamat Ulang Tahun Perak Arema Indonesia ...!!!
Butuh tahapan bagi tim yang awal lahirnya menggunakan nama Arema Malang ini untuk bisa menjadi tim profesional sampai kini. Lika-liku, suka senang dan usaha keras selalu membumbui perjalanan tim. Entah itu buah dari duduk masalah krisis keuangan atau lainnya. Hanya saja, semua itu menjadi pesan yang tersirat dan pelecut semangat bagi Arema untuk tetap eksis dan menjadi salah satu tim sepakbola yang disegani.

Jika menengok dongeng diawal berdiri, Arema yang lahir di tahun 1987 sudah mulai menggebrak ketika usianya gres menginjak lima tahun. Gelar juara kompetisi Galatama 1992-1993 diraihnya sesudah menjadi yang terbaik di kompetisi elit yang diikuti oleh tim-tim profesional, alias tim non perserikatan. Ongis Nade bisa menyisikan tim-tim langganan juara ibarat Pelita Jaya dan Arseto Solo.

Itulah gelar pertama yang diraih tim reinkarnasi dari Armada 86 yang tidak lepas dari tugas Derek, warga jalan Karimunjawa 1, kelurahan Kasin kota Malang pada masa 1980 an. Meski ketika mewakili Indonesia di ajang kejuaraan klub Asia 1992-1993, hasil penampilan Mickey Tata dkk kurang terlalu memuaskan. Namun, dari trophy itu, Arema yang sudah dipegang Lucky Acub Zenal mulai semakin disegani sekalipun krisis dana kolam menjadi duduk masalah klasiknya.

Sayang, usai juara kompetisi Galatama, puasa gelar terjadi. Namun, Arema bisa menembus babak delapan besar Ligina, kompetisi hasil peleburan antara Galatama dengan perserikatan. Puasa itu gres terhenti usai Singo Edan menjadi juara Liga Divisi I 2004. Prestasi itu sekaligus mengantarkan Arema naik kasta ke Divisi Utama sesudah sempat degradasi di penghujung Ligina 2003.

Aremania dan Arek Malang berpesta menyambut kemenangan tim yang kala itu gres 1,5 tahun dipegang PT Bentoel Prima Tbk, sesudah Lucky, pengelola usang menjual Arema buntut krisis financial. Bersama perusahaan rokok asal Malang ini, Singo Edan menemukan kejayaannya.

Dukungan dana berlimpah dari Bentoel juga menyebabkan Arema sebagai tim kuat. Meski sempat kerap kali ‘dikerjai’ PSSI, dua gelar juara bisa diboyong tim dalam dua tahun beruntun, yakni Piala Indonesia 2005 dan 2006. Sayang, masuknya pemilik gres di badan Bentoel, menciptakan Bentoel harus melepaskan Arema di tahun 2009.

Tim ini pun dikelola ramai-ramai oleh wong-wong Ngalam, yang tercatat mulai dari pengusaha, pejabat kawasan dan investor dengan ditandai pergantian nama menjadi Arema Indonesia. Bukan Arema jikalau tak bersemangat. Dengan segala keterbatasan, mereka tetap bisa mencatatkan prestasi ciamik dengan sukses menjadi jawara Liga Super Indonesia, kasta tertinggi di Indonesia, dari sebuah perjalanan kompetisi penuh.

Sederetan throphy itu yang sekarang melekat di badan Arema harus kembali diraih seiring usianya yang sudah 25 tahun ibarat yang menjadi impian dan keinginan pendukungnya.

“Semoga Arema sukses dan senang selalu, Arema bisa jadi satu untuk Aremania bisa senang lagi, biar Tuhan bisa membantu Arema kedepan, menjadi juara lagi,” ungkap Claudio de Jesus, mantan stopper Arema yang ikut membawa Arema juara Divisi I dan Piala Indonesia 2005.

“Saya ucapkan selamat ulang tahun untuk Arema yang ke 25, biar sukses dan terus eksis. Kita tentunya berharap Arema bisa terus berprestasi dan kembali raih gelar juara ibarat sebelum-sebelumnya, alasannya ialah itu jadi pujian kita bersama,” imbuh Mahdi ‘Meok’ Haris, salah satu legnda Arema.
(poy/bua)

Kamis, 17 Mei 2012

Terkini Arema Indonesia Sikat Kawan Kukar 5-3 , Thanks To Aremania ... !

Aremania kembali memperlihatkan loyalitasnya pada tim kesayangannya. Pendukung setia tim Singo Edan tersebut memenuhi Stadion Kanjuruhan Arema Indonesia melawan Mitra Kukar di Stadion Kanjuruhan (17/5) sore ini. Tercatat oleh Panpel penonton yang hadir di Stadion Kanjuruhan berjumlah 33.725. Jumlah tersebut membuat nyaris tak ada sisa kawasan duduk di tribun ekonomi, VIP dan VVIP.

Mengenakan atribut kebesarannya yang berwarna biru, Aremania tak kenal lelah memperlihatkan motivasi pada Muhmammad Ridhuan dkk sepanjang pertandingan. Selain tubruk yang menarik untuk disimak, Aremania juga menyuguhkan kreativitasnya dengan membawa balon berwarna biru, sehingga membuat suasana stadion menjadi meriah.

Aremania kembali memperlihatkan loyalitasnya pada tim kesayangannya Terkini Arema Indonesia Sikat Mitra Kukar 5-3 , Thanks to Aremania ... !
Media officer Arema Indonesia, Sudarmaji, mengucapkan terima kasih atas kedatangan Aremania yang memenuhi Stadion Kanjuruhan. Menurut Sudarmaji kedatangan Aremania ini sangat berarti dalam memperlihatkan motivasi kepada pemain untuk lebih bersemangat dalam menjalani pertandingan apalagi tim Singo Edan ketika ini ditargetkan untuk menjauhi zona degradasi.

“Terimakasih untuk Aremania yang hari ini sangat luar biasa dalam memperlihatkan dukungan. Dukungan Aremania ini sangat berarti untuk memotivasi pemain biar lebih bersemangat. Terlebih ketika ini Arema Indonesia dituntut untuk bisa menjauhi zona degradasi,” ujarnya disela-sela pertandingan.

Semenatara itu dalam pertandingan Arema Indonesia kesannya berhasil menaklukkan tamunya, Mitra Kukar, dengan skor 5-3. Dengan hasil ini, Arema memang tetap di posisi 15 namun dengan koleksi 26 poin. Jumlah ini menyamai poin Persisam Samarinda dan PSMS Medan yang berada di atas mereka. Arema hanya kalah selisih Goal.

Sejak peluit dibunyikan, tempo pertandingan pribadi berjalan cepat. Babak pertama pun berlangsung seru dan membuat drama enam Goal. Mitra Kukar mengejutkan tuan rumah terlebih dahulu sehabis Gustafe Bahoken berhasil menjebol gawang Arema ketika tubruk gres berjalan lima menit. Bek abnormal tersebut memanfaatkan bola muntah hasil tendangan bebas Hamka Hamzah yang ditepis oleh Kurnia Meiga.

Namun, keunggulan til tamu tidak bertahan usang sehabis hanya dalam tujuh menit, Arema berhasil membalikkan kedudukan menjadi 2-1. Pada menit ke-10, Dendy Santoso berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1 melalui Goal yang dicetak melalui tendangan first time di kotak penalti, dan dua menit kemudian, Muhammad Ridhuan membuat Arema berbalik unggul memanfaatkan kombinasi dari tendangan bebas.

Pada menit ke-31, Arema berhasil memperbesar keunggulan sehabis Herman Dzumafo bisa memanfaatkan kesalahan lini belakang Mitra Kukar dan membuat kedudukan menjadi 3-1. Namun, Mitra berhasil memanfaatkan kelengahan Arema, satu menit sehabis Goal Dzumafo, Zulham Zamrun berhasil memperkecil kedudukan menjadi 3-2.

Babak pertama, tampak akan usai dengan keunggulan Arema, tetapi Mitra Kukar berhasil memanfaatkan peluang terakhir mereka. Berawal dari tendangan bebas Ahmad Bustomi, bek Arema Munhar mencoba melaksanakan penghalauan, sayang bola malah masuk ke gawang sendiri sehingga babak pertama ditutup dengan skor imbang 3-3.

Aremania kembali memperlihatkan loyalitasnya pada tim kesayangannya Terkini Arema Indonesia Sikat Mitra Kukar 5-3 , Thanks to Aremania ... !
Di paruh kedua, Arema yang tak mau aib di depan mendukung sendiri terus menerapkan permain agresif. Gol keempat pun tiba lewat tandukan Seme Patrick pada menit 67. Skor berkembang menjadi 4-3.

Selang dua menit, kembali Singo Edan menambah keunggulan mereka melalui Goal pemain pengganti, Arif Ariyanto. Arif sukses mematahkan jebakan offside Mitra Kukar dan mengecoh kiper Hendro Kartiko. Skor 5-3 untuk keunggulan Arema bertahan sampai tubruk berakhir.

Kemenangan Arema tersebut tidak membuat posisi mereka di klasemen naik, namun kemenangan tersebut menjadi modal kasatmata sebelum melaksanakan tur Sumatera ke markas PSAP Sigli dan PSMS Medan. Bagi Mitra Kukar, kekalahan ini memaku mereka di peringkat sembilan dengan koleksi 31 poin.

Rabu, 18 April 2012

Terkini Kreativitas Aremania Tidak Pernah Mati

 Matinya nurani PSSI yang tidak menentukan Arema Indonesia yang berlaga di ISL sebagai Arema  Terkini Kreativitas Aremania Tidak Pernah Mati

Matinya nurani PSSI yang tidak menentukan Arema Indonesia yang berlaga di ISL sebagai Arema yang sah tidak menciptakan Aremania mati kreativitas. Berbagai macam cara kreatif sudah ditempuh meski sebagian Aremania sudah tidak setia lagi. Hal ini terbukti ketika Stadion di awal awal liga tidak se semarak di tahun-tahun sebelum. Karena itu, inilah ekspresi dominan paling sepi di stadion Kanjuruhan.

Well, lupakan paruh musim, saatnya bangkit. Sebagai euforia yang mungkin beberapa nawak belum tahu, berikut ini ialah sebagian video yang dengan sangat manis direkam dan diupload oleh nawak-nawak Aremania.


PAPER RAIN
Secara garis besar PAPER RAIN diterjemahkan sebagai hujan kertas. Ya hujan kertas, masih gundah silahkan disimak videonya.




AREMANIA SPARKLES
Ribuan kembang api yang disulut oleh Aremania menjadi agresi yang sangat luar biasa buat ekspresi dominan ini.




AREMANIA INFERNO
Konsepnya ialah hanflare yang dalam rencananya akan membentuk goresan pena AREMA, namun tidak semua planning insan dapat berhasil alasannya ialah niscaya ada kuasa yang diatas. Tetapi meski 'gagal' tetapi agresi mengkremasi tribun ini terlihat keren.




(sumber:wearemania.net)

Senin, 19 Maret 2012

Terkini Sudahlah Djohar... !!!

 Pernyataan itu dilontarkan Dhimam Abror Terkini Sudahlah Djohar... !!!

Tak becus urus sepakbola, Djohar Arifin Husin layak lengser. Pernyataan itu dilontarkan Dhimam Abror, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi KONI Pusat.

Lewat Rapat Akbar Sepakbola Nasional (RASN) yang digelar Forum Pengurus Provinsi (FPP) pada 18 Desember 2011, lahir mosi tidak percaya atas kepemimpinan Djohar sebagai Ketua Umum PSSI beserta para pengurusnya yang terpilih dalam Kongres Luar Biasa (KLB) 9 Juli 2011 di Solo.

Djohar dinilai telah merusak sepakbola Indonesia dengan hukum dan langkahnya yang berseberangan dengan Statuta PSSI dan hukum lain yang berlaku, termasuk keputusan Kongres PSSI.

Menilai kepemimpinan Djohar dkk yang sekarang telah lengser lewat bergulirnya KLB 18 Maret 2012 sesuai harapan 2/3 anggota PSSI, Dhimam yang juga Ketua Harian KONI Jawa Timur setuju Djohar dkk memang harus turun takhta dari dingklik tertinggi kepengurusan PSSI.

"Tidak usah bicara Statuta PSSI, lihat info olahraga, khususnya sepakbola, semua niscaya setuju menilai kalau Djohar dkk memang tidak layak memimpin PSSI," tegas Dhimam.

"Cara mereka mengelola sepakbola sungguh di luar dugaan. Harapan KLB 9 Juli 2011 melahirkan kepengurusan PSSI yang lebih baik ternyata tidak dijawab Djohar dkk dengan baik. Saya kira mereka memang tidak punya keahlian mengelola sepakbola Indonesia, khususnya PSSI," lanjut Dhimam.

Bukan tanpa dasar Dhimam menyatakan itu dengan melihat agresi sapu higienis Djohar dkk dalam memimpin PSSI. Ya, para pengurus dan agenda yang sudah ada dan berjalan pada PSSI terdahulu diubah dan diganti dengan agenda baru. Tak hanya itu. Perubahan itu pun tidak dilakukan dengan cara dan proses yang baik dan benar.

"Salah satunya ialah agresi sapu higienis Djohar dalam kepengurusan PSSI. Pengurus dan agenda yang bahwasanya sudah berjalan baik malah diubah. Parahnya, itu semua dilakukan dengan cara yang tidak sempurna dan tidak taat aturan, khususnya Statuta PSSI," pungkas Dhimam. (sportiplus)

Senin, 12 Maret 2012

Terkini Bom Waktu Pssi ...

Arek Malang Aremania Arema Indonesia Singo Edan Salam Satu Jiwa Terkini Bom Waktu PSSI ...

PSSI di bawah kendali Djohar Arifin Husin dkk kian compang-camping. KLB pun didorong kian kencang dari banyak sekali sisi. Bom waktu segera meledak.

Banyak pihak, termasuk beberapa anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, mengungkap itu. Bom waktu berupa Kongres Luar Biasa (KLB) pun menanti kepengurusan PSSI yang belum genap berumur setahun.

Anggota Exco PSSI La Nyalla Matalitti nyaring meneriakkan digelarnya KLB PSSI. Terlebih sesudah hasil rapat Exco PSSI yang digelar 30 September di Hotel Sahid, Jakarta, tidak sesuai impian lebih banyak didominasi klub penerima Indonesia Super League (ISL) dan beberapa anggota Exco PSSI.

"Sekali layar terkembang, pantang surut," tegas La Nyalla menanggapi hasil rapat Exco PSSI yang waktu itu bersikeras memutuskan penerima ISL 2011/2012 berjumlah 24 klub.

La Nyalla tidak sendiri. Banyak lagi pihak bersikap serupa. Sebutlah Roberto Rouw, Tonny Apriliani, dan Erwin Dwi Budiawan. Mereka 1 bunyi dengan Ketua Pengprov Jatim yang telah dilengserkan PSSI itu.

Selain tak setuju dengan jumlah klub penerima ISL 2011/2012, keempat anggota Exco PSSI itu pun tak sependapat dengan keputusan PSSI mengenai
penyelesaian duduk kasus dualisme Persija Jakarta dan Arema.

Untuk masalah Persebaya, mereka lebih sanggup mendapatkan alasannya ialah tuntutan merger yang melibatkan 2 kubu yang berseteru di badan Bajul Ijo dikabulkan PSSI.

'Dosa PSSI' di mata mereka tak berhenti di situ. Pemutihan hukuman 2 klub yang demam isu kemudian tercatat sebagai penerima Liga Primer Indonesia (LPI), Persema Malang dan Persibo Bojonegoro, menambah rentetan catatan jelek PSSI kurun reformasi pimpinan Djohar.

Kini, PSSI pun menanti bom waktu berupa genderang KLB yang dielu-elukan La
Nyala dkk meledak. Lebih-lebih, blunder Djohar dkk kian menumpuk. Bukan cuma pemunculan PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) yang merebakkan dualisme kompetisi, tapi juga rentetan masalah lain.

Sebutlah masalah penilihan hak Persipura Jayapura tampil di Liga Champions Asia yang akibatnya dipulihkan CAS, masalah Diego Micheils yang mengangkangi kontrak dengan Pelita Jaya FC, mundurnya instruktur terbaik nasional Rahmad 'RD' Darmawan, pembentukan timnas yang asal-asalan sehingga memuncratkan malu bagi bangsa Indonesia akhir digebuk Bahrain 10-0, dan deretan masalah lain.

Semangat rekonsiliasi yang didengungkan Djohar saat posisinya sudah kian tersudut pun cenderung berkesan slogan semata. Selain, tentu, kisruh sudah kadung meluas dan kompleks. Sudah memakan banyak korban.

Kini, La Nyalla bukan lagi sekadar didukung 18 klub penerima ISL 2011/2012. Ia, bahkan, sudah berjalan di bawah payung Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) pimpinan Tonny Apriliani, yang dibuat lebih dari 2/3 anggota PSSI.

Belakangan, KONI Pusat sebagai induk dari semua organisasi olahraga di Tanah Air (termasuk PSSI) pun sudah menyalakan lampu hijau. KONI Pusat bukan sebatas memahami mengapa 2/3 lebih anggota PSSI melalui KPSI menghendaki KLB, tapi berjanji mengawal hajat yang bakal digelar 17-18 Maret 2012 itu.

KLB yang sekarang didukung banyak pihak alasannya ialah merindukan kondisi persepakbolaan Indonesia segera kondusif, tak ubahnya bom waktu yang disulut PSSI pimpinan Djohar sendiri. Dan, kini, sumbu menuju titik ledak sudah kian pendek.

Nah, mau berkelit ke arah mana lagi, Djohar Arifin dkk ?

(bramono/sportiplus)

Rabu, 29 Februari 2012

Terkini Pssi (Maaf) Sudah Gagal

Tak berlebihan jikalau makin banyak orang nyeletuk begini: urusan PSSI sama rumit dengan urusan negara. Problem bukan menyusut, melainkan malah menumpuk.

Ketika di tingkat negara Presiden Susilo 'SBY' Bambang Yudhoyono tampak gagap memproses reshufle kabinetnya dengan hasil yang kesudahannya juga dicibir, PSSI di bawah kendali Djohar Arifin Husin pun begitu di hampir setiap langkahnya.

Suka atau tidak, sealiran atau tidak dalam pandangan politik, di tingkat rakyat kebanyakan kini kian berpengaruh anggapan kinerja pemerintahan SBY tak lebih baik dari pemerintahan sebelumnya. Kehidupan di negeri ini kini tak jadi lebih terang dari sebelumnya. Sekalipun dibandingkan jauh ke kurun Orba yang penuh kontroversi.

Di lingkup yang jauh lebih kecil, yakni dalam urusan sepakbola, tercermin pula keadaan yang tidak membaik itu. PSSI yang katanya harus direvolusi dan itu sudah terpenuhi lewat KLB 9 Juli 2011 di Solo, bukan saja tak lebih baik dari PSSI sebelumnya, tapi malah kian runyam dan tenggalam dalam banyak problem.

Tak berlebihan jikalau makin banyak orang nyeletuk begini Terkini PSSI (Maaf) Sudah Gagal

Tak ubahnya Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) pimpinan SBY yang kian gemuk dan kian tidak taktis cara kerjanya, kelemahan fundamental menyerupai itu pula yang ditunjukkan Djohar dan pasukan reformasinya di PSSI kini.

Cara yang ditempuh PSSI setiap hendak menuntaskan problem kerap justru menyebabkan problem baru. Dari sebegitu banyak problem yang coba diurus sepanjang empat bulan kepemimpinan Djohar, belum ada yang dapat diberesi. Masalah justru melebar, kisruh, dan berbuntut. Ironis.

Lihat saja bagaimana PSSI menihilkan arti sebuah kontrak kerja dalam kasus Alfred Riedl dan antv. Riedl disingkirkan begitu saja dikala sedang bekerja mengasah timnas Pra Piala Dunia 2014. Nasib serupa menimpa antv sebagai pemegang kontrak 10 tahun hak siar kompetisi tertinggi nasional.

Riedl digantikan Wim Rijsbergen yang sama sekali tak terbukti lebih becus. Timnas Indonesia tiga kalah dan (hampir) niscaya gagal ke putaran 4. Sedangkan fungsi antv dialihkan ke MNC Grup dengan tiga stasiun teve nasionalnya. Mutu siaran memang oke, tapi di balik itu ada pihak yang tertindas.

Kinerja PSSI dengan segenap perangkat kerjanya yang tidak clear juga menambah puyeng sejumlah pengelola klub.

Alih-alih memverifikasi kontestan jelang kompetisi demam isu 2011/2012, ujungnya malah konflik yang kian meruncing di internal Arema Indonesia, Persebaya Surabaya, dan yang terparah menimpa Persija Jakarta.

Itu sebab PSSI dan perangkat kerjanya, termasuk Komite Eksekutif (Exco) yang belakangan terbelah-belah, menunjuk pihak yang dinilai sah sebagai pengelola klub condong menurut selera, kedekatan atau kepentingan tertentu.

Tak kalah konyol yaitu keputusan mengangkat Saleh Ismail Mukadar sebagai Deputi Sekjen Bidang Kompetisi PSSI. Konyol, sebab dikala diangkat Saleh masih dalam status diskors.

Saleh terkena hukuman tiga tahun tak boleh aktif mengurusi sepakbola dari Komisi Disiplin PSSI yang berlaku per 24 September 2010. Artinya, hukuman atas diri Saleh mestinya gres berakhir 24 September 2013. Selain itu, status Saleh juga bermasalah di Pengprov PSSI Jatim. PSSI seolah tutup mata terhadap semua itu.

Cukup? Belum. Di dikala vital dan krusial jelang bergulirnya kompetisi yang awalya hendak dimulai per 8 Oktober 2011, PSSI di tangan Djohar dkk malah kian gegabah. Kian kentara tak dapat bekerja lebih baik dari kabinet sebelumnya.

PSSI kabinet reformasi kian masa terbelakang dengan aturan main dan janji yang dicapai dalam kongres yang punya kekuatan aturan dari sisi etika. Dan, kian mempertegas kdberadaannya di balik maksud-maksud tertentu yang selama ini digunjingkan.

Semua itu dengan gampang ditangkap siapapun yang masih kritis dan berniat murni menyehatkan sepakbola nasional. Sebab, PSSI dengan gagah dan penuh percaya diri memplot kontestan kompetisi utama dari 18 jadi 24. Yang enam yaitu 'titipan' dari Liga Primer Indonesia (LPI).

Parahnya, dua di antara enam klub yang dipaksakan masuk itu juga mengusung status terhukum jawaban membelot ke LPI ketika PSSI masih dipimpin Nurdin Halid. Sanksi terhadap PSM Makassar dan Persibo Bojonegoro dijatuhkan dalam Kongkres Bali. Jika ingin dianulir, sesuai statuta, mestinya ya lewat kongres pula.

Kompetisi yang semula dinamai Liga Prima Indonesia, kemudian direvisi jadi Indonesia Premier League (IPL) dan akan berjalan di bawah kendali PT Liga Prima (LPI) Sportindo itu kesudahannya tak terang sampai kini.

Managers meeting, Kamis (13/10) di Hotel Ambhara, Jakarta, deadlock. Ke-24 klub terpecah dua: 14 membelot dan tak sudi berkompetisi di bawah naungan PT LPI, 10 sisanya manut-manut saja sebab sebagian memang eks LPI yang ilegal itu.

Yang sempat digulirkan gres tabrak Persib Bandung kontra Semen Padang di Stadion Si Jalak Harupat, Sabtu (15/10). Entah, skor 1-1 dikala itu mau diapakan PSSI (dianggap ekshibisi atau masuk pdnilaian klasemen IPL), yang terang kompetisi resminya masih tanda tanya.

Dari aktivitas semula 8 Oktober, geser ke 9 Oktober, kemudian ke 15 Oktober dan seterusnya, belakangan malah disebut IPL gres dilanjut sehabis SEA Games XXVI yang berakhir 21 November 2011.

Bagaimana pun nantinya IPL itu dijalankan, dari kerumitan soal kompetisi ini saja PSSI lagi-lagi memang terkesan belum puas melampiaskan misi tebas ganjal terhadap apapun sisa kerja PSSI kurun sebelumnya.

Itu, tak pelak, malah menciptakan PSSI kabinet reformasi tertatih-tatih, penuh blunder, dan kesudahannya terjebak dalam kebingungan.

Itu terlihat dari banyak hal. Ya, hal yang tadinya jalan dan sederhana, di tangan kepengurusan yang kini malah buntu dan jadi ribet. Deadlock soal kompetisi yaitu fakta paling mencolok.

Bayangkan jikalau IPL jalan dengan pemaksaan diikuti 24 klub, aktivitas panjangnya niscaya bakal menabrak kalender internasional. Setiap klub juga mumet memikirkan risiko dari aktivitas superketat dan bertumpukan.

Jadi, selepas melewati 100 hari kerja kabinet Djohar dkk, PSSI memang menyerupai mencerminkan KIB. Serba tumpul dan rumit di tengah problem yang kian menumpuk. Sama sekali belum ada buah karya yang lebih baik dibandingkan seburuk-buruknya kabinet sebelumnya.

Sampai di sini, maaf, PSSI kabinet reformasi tak ubahnya KIB: melulu berlumur kegagalan. Sepakbola negeri ini bakal kian terbenam jikalau mereka yang kini mengendalikan gerak PSSI tak sudi membuka diri untuk segera sadar dan berbenah.

(bramono-sportiplus)

Rabu, 04 Januari 2012

Terkini Sepakbola Indonesia - Kompetisi Acakadut

Makin renta usianya, PSSI makin kehilangan daya. Paling mencolok: kompetisinya kini acakadut. Di keabadian sana, Soeratin Sosrosoegondo pun menangis. Salah seorang pendiri PSSI sekaligus ketua umum pertama yang sudah usang mangkat itu niscaya duka melihat iklim sepakbola di Tanah Air kini.

PSSI yang pada 1930 dikibarkan sebagai serpihan dari cara mengobarkan semangat persatuan, makin kemari malah makin penuh riak dan perpecahan. Makin kisruh. Melenceng jauh dari impian awal yang dulu dipancangkan.

Organisasi PSSI tak lagi murni diputar dengan tujuan mulia mirip sedia kala, yakni membangun harkat dan martabat bangsa secara bersama lewat sepakbola. Yang ada kini yaitu PSSI penuh basa-basi bicara regulasi karena kepentingan yang sudah terkisi-kisi.

Menggulingkan kepengurusan sebelumnya dengan dalih hendak mereformasi semoga PSSI dan segenap aktivitasnya jadi lebih benar dan maju, ternyata yang terpampang justru sebaliknya. PSSI, jadwal kerja, dan pengelolaannya kini berjalan mundur. Set back.

Ironisnya, ketika begitu deras desakan untuk melakukan kembali hal-hal yang sebetulnya sedang berkembang dan tinggal diperbaiki, terutama terkait keputusan bersama dalam Kongres Bali, semua ditanggapi dengan agresi tutup mata, tutup telinga.

PSSI, di bawah kepemimpinan Djohar Arifin Husin plus tim yang katanya mengusung reformasi, tetap digulirkan dengan caranya sendiri. Bahkan, koreksi dari sebagian anggota Komite Eksekutif (Exco) yang sesungguhnya punya tugas strategis, pun tak digubris.

Akibat paling menohok dari semua itu yaitu kegagapan dalal menggelar kompetisi. Sudah terperinci banyak pengelola klub menolak kehadiran tubuh perjuangan gres sebagai payung kompetisi demam isu 2011/2012, toh para pentolan di PSSI bergeming.

Tak cukup hingga di situ. PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS), tubuh perjuangan gres bentukan PSSI yang tak diterima keberadaannya oleh klub-klub sarat pengalaman dan punya rekam jejak mumpuni di lingkup persepakbolaan nasional, kemudian malah memunculkan gagasan kontroversial.

Kontroversi itu meliputi tiga hal: titel kompetisi berubah dari Indonesia Super League (ISL) jadi Indonesia Premier League (IPL), jumlah kontestan dibengkakan dari 18 jadi 24 klub, dan memaksakan sejumlah klub 'antah berantah' diikutkan.

Sebutlah perubahan titel kompetisi tak terlalu prinsip. Tapi, pembengkakan jumlah kontestan plus penyertaan klub eks IPL yang kesudahannya dibekukan karena memang tak genah?

 Salah seorang pendiri PSSI sekaligus ketua umum pertama yang sudah usang mangkat itu niscaya Terkini Sepakbola Indonesia - Kompetisi Acakadut

Dua faktor itu ditambah sengketa atas keberadaan PT LPIS, tak pelak, jadi sumbu peledak perpecahan yang makin dahsyat di tubuh PSSI. Empat anggota Exco pun nekat menempuh jalan sendiri. Mereka melebur bersama sederet klub yang cabut dari IPL 2011/2012 dan menentukan terjun di ISL yang dikelola PT LI.

Pasti aneh, memang, kalau kompetisi level tertinggi di Tanah Air hingga melibatkan 24 klub. Kompetisi dengan jumlah kontestan terbanyak di dunia itu, saking panjanganya, bakal menabrak jadwal internasional. Yang juga sadis, dalam sepekan klub-klub harus berjibaku di 2-3 laga beruntun.

Sungguh tak masuk akal, tentu. Lebih tak masuk nalar ketika kompetisi itu juga diikuti klub yang muncul bukan dari jenjang semestinya. Mengaku emoh ikut jadi bodoh, empat anggota Exco dan para pengelola klub yang berkiblat ke ISL bersikeras menepi. Mereka mengedepankan dua alasan pokok: melanjutkan keputusan Kongres PSSI di Bali dan mengutamakan kompetisi berkualitas.

Kini, akhirnya, mencuatlah kompetisi acakadut itu. PT LPIS menggulirkan IPL dengan jumlah kontestan yang menciut, bahkan tak hingga 15 klub, dan tertatih-tatih meski sanggup restu PSSI.

Di luar jalur PSSI, meski sudah dicap ilegal, PT LI menggelar ISL 2011/2012 dengan jumlah dan kualitas kontestan lebih mumpuni. Mayoritas yaitu klub yang berkiprah di demam isu sebelumnya.

Keputusan Persib Bandung dan Persipura Jayapura terjun di ISL layak disorot khusus. Persib, yang sempat memainkan laga pembuka IPL kontra Semen Padang pada Oktober, berpaling karena bunyi mereka tak didengar. Persipura, bahkan sempat merelakan tiketnya ke Liga Champion Asia (LCA) hangus dan mantap berkiprah di ISL.

Kedua klub menuntut hal yang sama: kompetisi hanya diikuti maksimal 18 kontestan dan kejelasan asal muasal kontestan demi menjaga kualitas. Karena tuntutan itu tak dipedulikan, keduanya pun beralih ke ISL.

Joko Driyono, CEO PT LI, dan klub-klub kontestan ISL sebetulnya sadar kalau ujung dari kompetisi yang mereka jalankan terancam tak jelas. Itu karena ISL dianggap ilegal. Juara ISL nanti belum tentu sanggup berkiprah di kompetisi internasional resmi di jalur AFC.

Sampai di situ, tentu saja PSSI dan PT LPIS di atas angin. Secara struktural, mereka memang berada di jalur AFC dan FIFA. Itu sebabnya, terkait tiket LCA yang dilepas Persipura, mereka impulsif bergerak mencari klub pengganti untuk diusulkan kepada AFC.

Secara struktural pula, PSSI dan segenap perangkat kerjanya kini lagi berkutat menyiapkan hukuman bagi klub-klub yang membelot ke ISL. Anggota Exco yang dianggap mbeling juga sedang diproses Komite Etik PSSI. Lalu, Joko dengan PT LI-nya pun tengah diburu.

Tak terbantahkan, kebenaran secara struktural itu bersifat menempel dan valid. Sebab, garisnya memang sudah begitu dari sananya. PSSI secara adikara resmi berada di bawah AFC dan FIFA. Meski begitu, apalah gunanya benar secara struktural tapi jelek dalam implementasi?

Kenapa di negeri ini, termasuk dalam mengurus PSSI, masih saja menihilkan hal-hal baik yang dicapai pengelola di era sebelumnya hanya karena ketidakcocokan dan ketidaksukaan? Kenapa yang disikapi bukan substansi inti, melainkan soal cara atau sekadar pemilahan situ siapa dan sini siapa?

Kalaulah masih tersisa kejujuran dan kearifan, substansi inti yang dihasilkan Kongres PSSI di Bali sesungguhnya jauh lebih layak dilanjutkan ketimbang mengada-ada mirip sekarang. Yang diharapkan yaitu perbaikan menuju penyempurnaan. Bukan dibongkar habis, apalagi dengan desakan emosi dan kepentingan sepihak.

Kalaulah masih tersisa kejujuran dan kearifan, meski butuh kekuatan mental dan moral, keadaan PSSI berikut kinerjanya ketika ini harus diakui sama sekali belum sanggup lebih baik ketimbang sebelumnya. Fakta yang terhampar di balik semangat mereformasi PSSI masih menyerupai jauh pagang dari api.

Rekonsiliasi, tak pelak, patut dijadikan pilihan bijak dan taktis. Sebagaimana dicita-citakan Soeratin dkk dulu, bersama membangun kekuatan sebaiknya diyakini sebagai jalan terbaik.

Yakinlah di negeri ini masih tersimpan energi dan potensi. Di tanah Papua, misalnya, bertebaran talenta alam yang kalau dibina dengan sempurna niscaya tumbuh jadi kekuatan dahsyat. Dan, semua itu akan efektif kalau digali dan diasah bersama.

Kebersamaan yang nrimo itu bukan cuma demi mengangkat harkat dan martabat bangsa, tapi juga menjauhkan diri dari kompetisi acakadut yang kini membelit.

(bramono-sportiplus)