This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 26 November 2012

Terkini Kesempatan Menebus Dosa Era Lalu


Saga Arema Indonesia dan Pelita Jaya berakhir sudah. Rencana merger yang sempat menghebohkan itu karenanya pupus seiring langkah Pelita Cronous mengakuisisi 100% saham Arema dan melepas Pelita Jaya ke Bandung Raya.

Sebuah skenario yang jitu. Bakrie sangat tahu Arema membutuhkan investor dan sekaligus menyadari Pelita Jaya sama sekali tidak berprospek bagus. Namun ada dongeng menarik di balik saga kedua klub tersebut. Bagi saya yang paling menarik yaitu sosok Iwan Budianto.

 Rencana merger yang sempat menghebohkan itu karenanya pupus seiring langkah Pelita Cronous Terkini Kesempatan Menebus Dosa Masa Lalu

Pria yang pernah menjadi manajer Arema Malang di awal 2000-an tersebut kini duduk sebagai CEO Arema Indonesia. Setelah sebelumnya menjadi CEO Pelita Cronous yang membawahi Pelita Jaya, Iwan mendapat keyakinan menjadi CEO Arema sesudah diakuisisi Bakrie Grup.

Keberadaan Iwan di Arema menjadi pembukti bahwa tidak ada musuh abadi di dunia sepakbola. Di sini benang merahnya. Bercerita soal perjalanan Iwan, saya harus kembali lagi ke era 2002-2003 silam. Peristiwa yang telah berlalu satu dasawarsa namun saya yakin masih diingat benar oleh Aremania.

Tahukah apa predikat yang disematkan Aremania kepada Iwan Budianto kala itu ? “Pengkhianat”. Ya, Iwan Budianto menjadi musuh besar bagi Aremania sesudah meninggalkan Stadion Gajayana dan menuju Stadion Brawijaya, Kediri, untuk menangani Persik Kediri. Tak sekadar geser ke Kediri, Iwan juga membawa hampir seluruh skuad Arema.

Bedol desa itu merupakan kejadian paling menyakitkan, apalagi Singo Edan sedang krisis keuangan. Kebencian Aremania kepada Iwan Budianto semakin menjadi alasannya ekspresi dominan berikutnya Persik Kedisi juara Divisi Utama (sebelum ada ISL), sedangkan Arema harus degradasi ke Divisi I.

Sejak itulah sejarah permusuhan Arema - Persik diawali dan sampai kini kedua supporter klub tidak pernah akur. Sebenarnya bukan perpindahan Iwan Budianto yang memicu kebencian Aremania waktu itu. Namun keputusannya membawa rombongan besar pemain Arema ke Kediri.

Saat Iwan duduk di posisi manajer tim Arema mendampingi Lucky Adrianda Zaenal, prestasinya juga tidak mentereng. Hanya saja Iwan yang kondang sebagai menantu Walikota Kediri ketika itu dipandang sebagai sosok yang akil 'mencari duit' untuk menopang keuangan Arema yang reot.

Namun seiring pergantian waktu, kebencian Aremania terhadap Iwan Budianto bertahap mulai luntur. Selain Iwan sudah tidak berada di Persik, laki-laki yang pernah kesandung info suap pada 2011 kemudian ini juga tidak lagi bersentuhan dengan Arema. Aremania juga sudah mulai lupa pada sosok Iwan Budianto.

Jelang ekspresi dominan 2011-2012 lalu, Iwan mulai muncul kembali di Malang dan berencana menjadi investor Arema. Tapi planning karenanya gagal alasannya adanya sengketa di badan Singo Edan. Satu ekspresi dominan berselang, karenanya ia benar-benar berhasil kembali ke Malang dengan membawa bendera Bakrie Grup.

Mulai menggagas kerjasama Arema-Pelita, planning merger, sampai karenanya mengakuisisi Arema Indonesia. Posisi CEO Arema ibaratnya menjadi pencuci nama bagi Iwan Budianto yang pernah menjadi public enemy bagi Aremania sepuluh tahun silam. Dia seakan mendapat kesempatan 'menebus dosa' kepada Arema, meski nyata-nyata ia adal seorang Arema.

Aremania pun sepertinya sudah tidak antipati terhadap sosok yang pernah duduk di kepengurusan PSSI ini. Sudah tidak ada lagi kebencian atau omongan miring soal Iwan Budianto yang dulu dicap pengkhianat. Apa alasannya Iwan kali ini tiba membawa uang ? Entahlah. Menurut saya supporter mulai sadar tak ada gunanya menanam dendam di sepakbola.

Lagipula, bagi klub sepakbola, uang terperinci lebih jauh penting dibanding sebuah kebencian. Jika hanya ngotot dengan kebencian, maka Arema mungkin tidak akan mendapat investor kakap mirip sekarang. Arema tetap menjadi tim dengan rekening melompong.

Harus diakui Iwan Budianto menjadi sosok vital di balik akuisisi Arema Indonesia oleh Pelita Cronous. Iwan lah otak yang merancang skenario di Stadion Kanjuruhan selama ini, walau harus didahului dengan polemik soal planning merger Arema-Pelita. Well, 'From Zero to Hero'

(sumber:sindo)