Rabu, 19 September 2012

Terkini Yang Tertinggal Selama Arema Berkonflik

Seri : Merangkai Kembali Tinta Emas Singo Edan (1)

Di kantor saya pernah mempunyai seorang sobat yang merupakan pendukung dari Persib Bandung, salah satu klub Liga Super Indonesia(ISL) yang kini menjadi seteru Arema. Ichsan, sobat saya yang mengaku sebagai bobotoh meski tidak mempunyai keterikatan emosional dengan beberapa organisasi suporter Persib menyerupai Viking, Bomber, dan lainnya. Namun baginya urusan klub sepakbola lokal hanya Persib di hatinya.

Seperti biasa, bila menyangkut dialog perihal klub sepakbola yang dibela, saya dan Ichsan niscaya akan memasang perilaku defence untuk mendukung timnya. Topik dialog yang digulirkan ada bermacam-macam, mulai dari seputar kekuatan tim, prestasi hingga beberapa hal lain yang menyangkut diantara kedua tim tersebut.

 Merangkai Kembali Tinta Emas Singo Edan  Terkini Yang Tertinggal Selama Arema Berkonflik

Urusan kekuatan tim memang saya tidak bisa memungkiri bila beberapa tahun terakhir Persib seolah menjejakkan diri sebagai klub bertabur bintang. Sederet pemain beken bergantian menghiasi komposisi klub setiap tahunnya, menyerupai Eka Ramdani, Yaris Riyadi, Maman Abdulrachman hingga formasi pemain absurd sekaliber Christian Gonzalez, Christian Bekamenga dan lainnya.

Namun, diantara sederet pemain beken tersebut nyaris tidak menghasilkan suatu hasil yang berarti berwujud trophy dan medali penghargaan. Sejak meninggalkan "pakem" dimana kekuatan Persib yang dulunya ditopang lebih dari 90% pemain berasal dari Jawa Barat justru belum pernah mencicipi nikmatnya menjadi juara. Terakhir kali mereka menjadi juara di tahun 1994/1995, ketika hanya menyisakan Sutiono, satu-satunya pemain non Jawa Barat di starting line up Persib kala menghadapi Petrokimia Putra di final Liga Indonesia I.

Untuk hal yang menyerupai ini, setidaknya saya bisa sedikit mengerjai sobat saya dengan menawarkan sindiran halus "Your player make money, but our player make history", salah satu sindiran yang diungkapkan oleh pendukung Manchester United kepada rival sekotanya, Manchester City. Untuk hal menyerupai ini, sebagai Aremania tentu saja saya bisa sedikit membusungkan dada atas prestasi yang diraih oleh tim Singo Edan. Namun, cukup hingga disitu saya bisa sedikit tersenyum, kisah selanjurnya malah lebih menciptakan saya sedikit terhenyak.

Tanpa bermaksud mengecilkan arti bagi usaha untuk mendirikan dan menjaga tim sebesar Arema, namun beberapa fakta yang saya ceritakan nantinya semoga bisa menjadi dorongan konkret untuk Arema dan Aremania untuk berbuat lebih bagi klub yang kita cintai ini.

Tak banyak dari kita yang mengetahui bila Persib Bandung mempunyai mess dan tempat latihan tersendiri. Fauzan, salah seorang bobotoh sekaligus sobat usang ketika masih aktif di lembaga ligaindonesia menceritakan lewat blognya fauzan47 mengenai lingkungan stadion Persib yang terdiri dari mess dan sarana latihan yang sanggup dipakai sebagai tempat latihan Persib.

Mess dan sarana latihan ini dibangun beberapa tahun lalu, dan resmi dipakai pada 5 Mei 2008. Mess ini mempunyai akomodasi yang beraneka ragam menyerupai lapangan sepakbola yang berjulukan lapangan Sidolig, yang terletak di depan mess pemain Persib. Keberadaan lapangan ini tentu saja sejatinya cukup menunjang bagi tim berjuluk Maung Bandung tersebut.

Letak yang strategis dan bersebelahan dengan mess tidak menguras tenaga tim untuk mencari sarana latihan yang lebih jauh menyerupai di Stadion Siliwangi ataupun tempat lainnya(Bandingkan bila Arema harus mencari tempat latihan yang berjarak puluhan kilometer dari mess!). Pun demikian dengan problem perawatan, tahun kemudian Pemkot Bandung 'menyumbangkan' dana 600juta rupiah untuk memperbaiki kondisi rumput dan mess pemain.

Selain itu didalam mess pemain Persib juga terdapat sederet kamar pemain beserta fasilitasnya menyerupai tempat tidur, pendingin udara/AC, lemari, dsb. Untuk menunjang kebutuhan pemain didalam mess juga dilengkapi dengan ruang tamu VIP, dapur hingga peralatan lain.

Awalnya ketika membangun mess tersebut akan dilengkapi dengan komplemen bangunan berupa sentra merchandise Persib dan mess untuk diklat Persib. Namun, seiring waktu bergulir klub yang berdiri semenjak tahun 1933 tersebut juga berinovasi dengan membangun museum Persib beserta homebase-nya. Komisaris PT PBB Kuswara S Taryono, PT PBB sudah menyiapkan dana untuk pembangunan homebase ini dan masih dilakukan survey untuk lokasi pembangunan homebase tersebut.

 Merangkai Kembali Tinta Emas Singo Edan  Terkini Yang Tertinggal Selama Arema Berkonflik

Homebase ini direncanakan akan dilengkapi akomodasi fasilitas guna memenuhi kebutuhan Persib Bandung, Diantaranya mess pemain, tempat latihan, ruang pertemuan. Selain itu, di homebase ini akan dibangun Museum Persib Bandung. Museum ini akan berisikan perjalanan sejarah Persib Bandung semenjak pendirian hingga dikala ini, dikutip dari laman bola.net.

Sebelum berkutat dengan stadion Persib beserta messnya, Persib juga melaksanakan banyak sekali terobosan dengan mempunyai bus Persib. Bus yang berkapasitas sekitar 40 penumpang dengan konfigurasi seat 2-2, lengkap dengan pendingin udara didalamnya. Bahkan replika/miniatur bus Persib ini juga sanggup didapatkan di Viking Fans Shop, salah satu toko penjual merchandise Persib.

Viking Fans Shop sendiri juga kreatif dalam menjual produknya, mereka juga menjual banyak sekali atribut Persib secara mobile memakai bus yang disulap beratribut Persib dan dinama Viking Fans Shop Mobile Store. Bus tersebut beredar semenjak pukul 10 pagi selama 12 jam di daerah Gedung Sate.

Yang tidak kalah mencengangkan lagi dari acara Persib ialah planning direksi Persib untuk melaksanakan Initial Public Offering/Penawaran Saham Perdana. Jika terwujud maka planning ini menjadi yang pertama dari sejarah klub sepakbola di Indonesia yang telah mempunyai tubuh aturan berbentuk perseroan terbatas.

Seperti dikutip dari laman Detik Finance, dengan jumlah pendukung sekitar 5,3juta orang diperlukan sekitar 1 persennya saja, atau sekitar 50ribu bobotoh berpartisipasi dalam pembelian saham perdana ini. Rencananya jumlah saham yang dilepas sebanyak 45% dan rencananya ini sudah disetujui oleh pemangku saham Persib yang terdiri dari PT Surya Eka Perkasa milik Glen Sugita mantan atlet tenis Jawa Barat sebesar 70%, sedangkan 30% sisanya dipegang oleh 5 individu tokoh asal Jawa Barat.

"Dananya rencananya akan kita gunakan untuk membangun mess dan tempat latihan berstandar AFC. Ini penting alasannya ialah banyak pemain kelas dunia yang mensyaratkan hal ini, demikian juga pelatih-pelatih kelas dunia ingin mess dan tempat latihan yang standar," tukas Farhan dikutip dari situs Detik Finance diatas.

Selain itu Persib juga mempunyai banyak sekali produk media massa baik official maupun non official. Produk yang dibentuk majemuk ada tabloid hingga majalah. Yah, Persib telah mempunyai majalah yang membahas seputar Persib beserta bobotohnya. Kang Novan, jurnalis yang juga blogger, mendata jumlah media Persib sebanyak 10 buah yang terdiri dari 4 majalah dan 6 tabloid (Yang saya ketahui Arema pernah mempunyai 4 buah dari Tabloid Striker, Arema, Singo Edan hingga Forza Arema).

Keberadaan media ini tentu mendukung banyak sekali hal, mulai dari sarana kreatifitas para bobotoh, hingga sebagai sarana pemasaran klub. Dengan jumlah oplah yang beredar mencapai ribuan tentu menjadi nilai tambah bagi klub bila minimal ingin mengintegrasikannya kedalam bentuk presentasi ketika berhadapan dengan sponsor/investor.

Persib juga mempunyai jaringan TV sendiri yang dinamakan sebagai Persib TV (entah, apakah Persib TV ini dikelola pribadi dibawah kendali administrasi Persib atau tidak). Namun, melihat sepak terjang tayangan televisi yang menyiarkan pribadi pertandingan Persib selalu mempunyai TV Rating dan Share Audience yang tinggi (tertinggi di Indonesia), tidaklah heran bila kemudian ada yang beropini perlunya pembentukan Persib TV untuk menunjang promosi klub.

Apa yang dilakukan oleh Persib didukung oleh banyak hal, menyerupai sumbangan yang besar lengan berkuasa dari suporter akan produk bisnis yang berbau Persib, serta faktor iklim yang menopang perkembangan bisnis Persib menyerupai diucapkan oleh Syahrul Sajidin, Aremania asal Tarakan yang aktif menulis di dunia maya. "Bukan diam-diam umum lagi bila Bandung ialah pusatnya industri kreatif di Indonesia dan didukung oleh pangsa pasar yang besar dan menjamur di Jawa Barat dengan puluhan juta penduduknya", tambahnya.

Ibarat gading yang tak retak,memang selama ini Persib bukanlah klub yang sukses 100% dalam pelaksanaannya selepas meninggalkan kucuran APBD untuk beralih sebagai klub yang mandiri. Tiga ekspresi dominan pertama harus dijalani dengan kondisi neraca keuangan negatif dimana klub mengalami kerugian puluhan miliar.

Namun, kerugian tersebut bisa pupus alasannya ialah ditambal oleh beberapa pihak yang bertanggung jawab atas kerugian yang dialami Persib. Sejak dikelola oleh administrasi PT Persib Bandung Bermartabat(badan aturan Persib) kerugian yang dialami klub berjuluk Maung Bandung terus berkurang. Yang istimewa, kebijakan tersebut hanya dianggap menghapus kerugian bagi Persib dan tidak dianggap sebagai hutang. Tentu saja berbeda dengan apa yang dialami Arema, dimana salah satu laman ongisnade.co.id sempat menerbitkan rangkaian artikel yang berisi tanda tanya dalam pengelolaan keuangan Arema.

Menilik relasi antara Aremania dengan Viking (julukan bagi fans Persib) yang tidak berjalan harmonis, tidaklah elok bila kita meninggalkan perilaku sportifitas dalam hal persaingan untuk menuju yang terbaik. Perubahan yang terjadi pada Persib sanggup menjadi pelecut dan semangat bagi Arema untuk maju.

Hambatan adanya dualisme perlu dipikirkan solusinya semoga tidak menghambat kehidupan klub. Persoalan dan cara mengatasinya tentu tidak sanggup diselesaikan dengan cara omelan, makian, cercaan, keluhan ataupun tindakan vandalisme lainnya(teriring inspirasi untuk menuliskan hal demikian sesudah membaca Manufacturing Hope 11 dari Dahlan Iskan).

Mungkin benar apa kata Dahlan Iskan, problem di Arema tidak bisa hanya diselesaikan lewat keluhan dan gerojokan(modal?), menyerupai halnya Erwiyantoro sesepuh sepakbola nasional yang menjadi admin pages Cocomeo News yang beropini para pebisnis di sepakbola tidak sanggup berinvestasi hanya dengan membiayai kebutuhan klub sepakbola dari semusim ke semusim berikutnya, alasannya ialah berapapun modal yang miliki akan habis dalam sekian waktu tertentu.

Makna dari kalimat Erwiyantoro tersebut juga mengajarkan bagi kita untuk sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan tidak mengharapkan jeram modal semata dalam menghidupi klub. Jika perlu Erwiyantoro sanggup mengajarkan kepada kita bagaimana cara mengelola dan berbisnis sepakbola secara benar, dalam artian tidak hanya bisa menghidupi klub di setiap musimnya namun juga menghasilkan keuntungan.

Dengan kondisi demikian, ayo kita bergotong royong lagi mengeluarkan segala penemuan kita untuk memajukan Arema sebagai klub yang kita cintai ini.
"S1J"

(sumber:wearemania.net)