Jumat, 02 Desember 2011

Terkini Pssi Panik... !!!

Liga Prima Indonesia ( LPI/IPL) sebagai Kompetisi asuhan PSSI kabinet Djohar Arifin terancam eksistensinya. Hal ini dikarenakan klub – klub besar sepakbola Indonesia menentukan untuk mengikuti Liga Super Indonesia( LSI ), meneruskan apa yang telah mereka jalani beberapa tahun terakhir ini. Terakhir Persib Bandung menetapkan untuk mengikuti Liga Super Indonesia, sesudah syarat yang mereka ajukan, bahwa IPL harus diikuti 18 klub sesuai kongres Bali tak dipenuhi PSSI.

Pertanyaannya mengapa LPI tidak diminati oleh klub – klub besar yang memiliki basis suporter dengan jumlah besar? Hal ini diakibatkan oleh ketidakjelasan PSSI dalam merancang kompetisi.

 sebagai Kompetisi asuhan PSSI kabinet Djohar Arifin terancam eksistensinya Terkini PSSI Panik... !!!
Awal sekali PSSI menghapus kasta – kasta sepakbola dengan membuka registrasi bagi semua klub sepakbola dari banyak sekali divisi dan bahkan klub – klub LPI ( liga setengah animo yang dibuat Arifin Panigoro ) untuk dapat mengikuti kompetisi teratas / level I, persyaratan registrasi hanya seputar problem administrasi. Namun akhirnya, walaupun banyak klub dari banyak sekali divisi mendaftar, PSSI yang dikritik, kembali menetapkan klub eks LSI animo kemudian yang menjadi penerima kompetisi teratas ( sebab memang begitu seharusnya ).

Tetapi kemudian langkah lain diambil PSSI dengan memperlihatkan promosi gratis kepada 6 klub dari divisi utama dengan alasan yang dibuat – buat menyerupai pesanan sponsor dan klub bersejarah. Sehingga jumlah penerima kompetisi level I menjadi 24 klub. Mayoritas klub eks LSI menolak hal ini, sebab ini sama saja meniadakan nilai – nilai sportivitas.

Disisi lain, PSSI kolam seorang ilmuwan, menciptakan kloningan – kloningan klub – klub. Persija dan Arema ialah dua klub yang menjadi kelinci percobaan PSSI. PSSI malah mengakui Hadi Basalamah sebagai pemilik Persija. Hal yang sangat ditolak. Karena Hadi Basalamah tak dikenal sebelumnya dan malah merupakan pemilik Jakarta FC ( klub eks LPI ). Kini Persija Basalamah ( yang bergotong-royong PS .Halim ) berisikan para serdadu Angkatan Udara dan pemain – pemain eks Jakarta FC. Bambang Pamungkas, Ismed Sofyan ikon Persija, tetap bergabung dengan Persija dibawah kepemimpinan Ferry Paulus, ketua yang terpilih menurut Rapat Umum Anggaran klub – klub anggota Persija.

Terakhir yang menjadi materi ujicoba PSSI ialah PSMS. PSMS yang menetapkan setia di PT.Liga Indonesia, dibuatkan kloningannya oleh PSSI dengan nama PSMS 1950.

Persib sempat diisukan dibuat kloningan, dengan nama Persib 1933 ( nama khas klub – klub bentukan Arifin Panigoro yang selalu mencantumkan tahun dibelakang nama klub ). Beruntung tidak hingga terjadi, sebab “Maung Bandung” akhirnya ikut LSI.

Dalam sebuah artikel disebutkan kenapa hingga ada klub – klub KW/kloningan. Ini tak lain ialah perjuangan PSSI yang ingin menerapkan sistem pengelolaan klub sesuai keinginan mereka sekaligus meraup untung dari klub – klub kloningan tersebut dengan melihat fakta bahwa klub – klub ini merupakan klub besar dan bersejarah.

Sistem pengelolaan klub yang diinginkan PSSI ialah apa yang diterapkan di LPI (Liga Setengah Musim). Klub – klub akan dihidupi oleh PSSI melalui dana santunan kesannya semua pemasukan klub dari tiket penonton, sponsor, dan lain – lain eksklusif masuk ke PSSI. PSSI menginginkan semua klub yang ikut dalam LPI/IPL didanai oleh konsorsium tunggal.

Namun secara umum dikuasai klub menolaknya, sebab APBD sudah dihentikan untuk dipakai klub, dan dampak lainnya ialah klub – klub akan diatur oleh PSSI hingga kedalam – dalamnya. Beberapa klub yang sudah berdikari pun menolak dengan sistem ini.

Disisi lain, LPI ( liga setengah musim) meninggalkan hutang yang besar, dan melalui LPI PSSI mencoba menutupi hutang. Munculnya klub – klub kloningan pun sebab perjuangan untuk membayar hutang. Mereka menciptakan kloningan dengan harapan, klub – klub besar akan mendatangkan penghasilan yang besar pula. Tapi yang dilupakan PSSI ialah suporter pun tahu mana yang orisinil dan palsu.

PSSI juga tidak siap dan berpengalaman dalam menangani kompetisi. Orang – orang yang sekarang diserahi tanggungjawab untuk menangani kompetisi ialah orang – orang yang terbiasa mengurus bisnis tambang. Jadwal pun dicicil buatnya, tidak ada kejelasan.

Pertandingan yang digelar Sabtu ( 26/11 ) dan Minggu ( 27/11 ) meninggalkan dongeng unik. Karena terlihat sekali ketidaksiapannya. Bola yang akan dipakai terdiri dari banyak sekali macam merk. Perangkat pertandingan tidak tersusun rapi. Asisten wasit yang ditugaskan dalam pertandingan Persiba Bantul ternyata domisili di Bantul juga.

Tetapi PSSI justru tidak menganggap semua kritikan dan masukan. Mereka yakin merekalah andal dalam kompetisi tanpa mau mencar ilmu dari yang pengalaman.

Dalam sebuah wawancara di salah satu stasiun TV, seorang Wartawan Senior, menyebutkan bahwa LPI ialah kompetisi profesional dan berdaya jual. Suatu pernyataan yang kontradiktif sebab apa yang terjadi ialah kebalikan dari kata – kata yang diucapkannya. Tapi tak aneh, sebab TV itu memang merupakan pendukung Arifin Panigoro semenjak Liga Setengah Musim bergulir.

Yang terang PSSI panik namun terus berusaha menutupi kepanikan mereka.

(original-post : Catatan Bujangan)