Senin, 15 Agustus 2011

Terkini Menebar Benih Kedamaian Untuk Arema

Krisis multidimensi yang terjadi di Arema turut menyisakan keprihatinan di tengah sambutan milad Arema ke-24. Dari semula tuntutan mundur kepada Ketua Yayasan Arema, M. Noer perkembangan seolah terjadi begitu cepat. Krisis kemudian menjelma jadwal perselisihan mirip yang ditunjukkan dalam beberapa kutipan gosip di media massa.

Kita selayaknya tercengang dengan segala krisis yang terjadi di Arema. Apalagi jikalau krisis itu hingga berlarut dan tidak memperlihatkan pengurangan intensitas konflik. Apalagi pada perkembangan terakhir, Ir. Lucky Acub Zaenal yang berperan dalam pendirian Arema harus turun gunung untuk menyatukan pihak yang berselisih.

Di luar pertanyaan perihal legitimisasi dari pihak yang disebut ambil potongan dalam perselisihan, sejarah tidak sanggup mengingkari hubungan dekat Ir. Lucky Acub Zaenal sebagai founding fathers dengan Arema. Ir. Lucky Acub Zaenal atau yang bersahabat disapa sebagai Sam Ikul merupakan salah satu pendiri Arema, gotong royong dengan ayahandanya, Alm Jendral Acub Zaenal. Keduanya sama-sama berjuang dari bawah untuk mendirikan Arema dengan pertolongan koleganya mirip Dirk Sutrisno, Ovan Tobing, Ebes Sugiyono, dll.

Semenjak Sam Ikul mengelola Arema, tidak terhitung nilai ikatan batin yang terjalin diantaranya. Pernah suatu ketika Sam Ikul harus menjual rumah, kendaraan beroda empat beserta harta bendanya untuk dijadikan sebagian besar modal demi merombak Stadion Gajayana Malang di tahun 1990. Hasil perombakan stadion tersebut masih menyisakan beberapa tribun stadion yang masih sanggup kita lihat hingga kini ini.
Sam Ikul dikala menghadiri malam syukuran sederhana AremaKrisis multidimensi yang terjadi di Arema turut menyisakan keprihatinan di tengah sambutan Terkini Menebar Benih Kedamaian Untuk Arema
Meski harus berkorban harta benda untuk perombakan Stadion Gajayana yang hanya diganti pengelolaan stadion selama belasan tahun Sam Ikul tulus merelakannya. Hanya kehidupan Arema yang ia harap sebagai gantinya, disamping prestasi yang diibaratkan sebagai anugerah untuk Sam Ikul.

Anugerah itu toh bagi sebagian orang ‘hanya’ terlihat sebagai tetesan air mata senang dari Sam Ikul yang semenjak beberapa tahun ini terganggu penglihatannya. Namun, bagi dirinya tetesan air mata itu bukanlah sekedar perwujudan syukur kepada Tuhan YME, melainkan perwujudan rasa terima kasih kasih yang mendalam sebab Arema diberikan kesempatan untuk hidup dan berprestasi.

Sekitar 11 tahun saya ‘menikmati’ kiprah Arema dibawah didikan Sam Ikul sebagai suporter, rasanya tidak ada yang menimbulkan kegetiran mendalam bagi saya selain krisis yang terjadi di Arema kini ini.

Barangkali kita harus bersyukur bahwa Arema animo ini diberikan banyak kemudahan untuk hidup oleh Tuhan dalam bentuk pemberian sponsor yang melimpah, dukungan penonton yang masif dan banyak sekali kemudahan lainnya yang semestinya sanggup dipakai untuk menopang kehidupan Arema sehingga tidak separah kini ini.

Di animo 1995-1996 saya berulang kali menyaksikan perjalanan Arema dari sisi barat daya tribun stadion. Dalam 2 kali stadion penuh ialah ketika menghadapi musuh bebuyutannya Mitra Surabaya dan Persebaya. Melawan Persema saja jumlah penonton hanya memenuhi separuh stadion, bahkan ketika Arema ‘kering’ prestasi sebab menuai beberapa kekalahan ketika tour, jumlah penonton pernah melonjak drastis di kisaran 2000 orang.

Jika sudah mirip ini apa yang sanggup dipercaya untuk menghidupi klub, terlebih Arema tidak sanggup pemasukan sama sekali dari sponsor? Tuhan berbaik hati menganugerahkan nalar kepada manusia, dan lewat nalar itu pula perputaran uang di Arema serasa dipermudah.

Meski pemasukan minim, namun tidak memungkiri jikalau krisis finansial memang ada. Beberapa kali terjadi klub dalam kondisi melaksanakan penundaan pembayaran gaji. Pernah suatu ketika lewat beberapa harian media massa Bhirawa(Malang Post) dan Suara Indonesia(almarhum) pemain Arema sesekali mencicipi honor telat hingga 3 bulan. Tetapi keterlambatan pembayaran honor hingga 3 bulan tersebut tidak berlarut hingga hingga setengah tahun mirip kini ini.

Krisis finansial yang terjadi di Arema juga tidak hingga menimbulkan pemain melaksanakan pemogokan berkali-kali mirip yang terjadi animo lalu. Barangkali hal tersebut sanggup ditekan oleh suasana tim yang kekeluargaan.

Salah seorang mantan kiper Arema, Sukrian menuturkan adanya perbedaan akomodasi dan suasana finansial tim dibandingkan ketika ia memperkuat Pelita Jaya sebelumnya. Seringkali pula untuk urusan makan ia harus utang di warung. Sungguh kontras jikalau dibandingkan dengan yang didapat di Pelita Jaya dimana sajian gizi tim terjaga.

Salah seorang Aremania dari Tarakan, Syahrul Sajidin menuturkan bahwa Sam Ikul merupakan sosok yang “ngemong” bagi belum dewasa muda namun humoris. Tidak jarang beliau memberi pesan yang tersirat dengan cara elegan sehingga kita tidak merasa tersinggung. Faktor emosional ini yang menimbulkan banyak pemain ‘betah’ di Arema hingga menghabiskan masa keemasan di Arema mirip yang terjadi dalam diri Singgih Pitono, Mecky Tata, dll. Harus diakui prestasi mereka teramat menggiurkan dibandingkan dibiarkan begitu saja.

Kembali kepada krisis Arema yang terjadi kini ini, jikalau pertarungan antar kedua kubu tidak juga mereda dikhawatirkan efek krisis akan terus mengemuka. Kita sebagaimana Aremania tentu menginginkan Arema yang stabil, hening dan kondusif.

Untuk menuju kearah tersebut diharapkan kebesaran hati dari kedua belah pihak yang terlibat. Jika salah satu saja masih mempertahankan pandangannya, pasti potensi bara konflik masih akan terjadi hingga beberapa waktu kedepan.

Sam Ikul tentunya paham perselisihan yang berlarut-larut tidak akan menuntaskan masalah. Penyelesaian yang berlarut hanya akan menambah luka bagi Arema, sementara akar permasalahan masih belum terselesaikan. Maka dari itu, Sam Ikul dengan berbesar hati menghilangkan egonya, mencoba merangkul beberapa pihak untuk turut meredam gejolak krisis di Arema.

Tidak seharusnya beberapa kelompok/perorangan terus menggalakkan perselisihan tanpa memperlihatkan wragad untuk sebuah solusi jangka pendek. Dalam beberapa waktu kedepan harus dipikirkan oleh semua pihak yang terlibat konflik untuk menghentikan konflik dan menghindarkan situasi chaos.

Jika suasana chaos sanggup dihentikan, kita sanggup memperlihatkan kesempatan kepada Arema untuk menghidupkan roda perekonomian klub, menyiapkan transisi untuk menjadi sebuah klub yang profesional yang dikelola oleh administrasi baru. Jika situasi ini tercipta, barulah sanggup diusahakan untuk mewujudkan klub sebagai aspek bisnis dalam industri sepakbola modern, demikian yang terkutip dalam salah satu wall di facebook pages berjulukan Cocomeo News.

Selamat ulang tahun ke – 24, semoga dalam perayaan ulang tahun Arema kali ini tidak hanya melahirkan sebuah konsesi hening bagi semua kalangan, namun juga perubahan besar ke arah yang lebih bagi bagi Arema. Salam Satu Jiwa ! (anak-negeri/wearemania.net)