Senin, 15 Agustus 2011

Terkini Merealisasikan Inspirasi Kreatif Supporter Aremania

Jangan khawatir kehabisan pandangan gres untuk menghidupkan Arema Indonesia ! Rasa-rasanya membaca berita, opini, artikel hingga rencana strategis Aremania untuk klub pujaannya patut menciptakan kita berbangga. Mereka bisa melahirkan karya inovatif yang bisa menciptakan kita tercengang.

Karya dari Aremania yang mengharumkan nama klubnya yaitu Suporter Terbaik PSSI di tahun 2000, Suporter Terbaik Copa Indonesia 2006, hingga penghargaan dari MURI untuk Aremania di tahun 2005 dikala berhasil mengumpulkan cap jempol sebanyak 33.000 hanya dalam waktu 2 jam saja.

Karya Aremania bukan hanya itu, setidaknya dalam 2 tahun terakhir mereka seakan ‘berlomba’. Beberapa korwil dan komunitas Aremania seakan menggeliat dan melahirkan karya positif dalam mempertahankan eksistensi Aremania sendiri. Beberapa korwil yang terdapat di beberapa sudut stadion misalnya, mereka berkreasi dengan menyajikan atraksi gres untuk Arema. Mereka memakai banyak sekali bendera, koreografi hingga musik dikala mengiringi Arema berlaga.

Berbeda dengan rekannya di dunia nyata, Aremania di dunia maya tidak turut ketinggalan. Banyak komunitas Aremania menciptakan website untuk menampilkan informasi perihal tim pujaannya dan suporternya. Upaya ini sudah dirintis lebih dari satu dasawarsa lalu. Berkat peran di dunia maya tersebut peran Aremania semakin dikenal di penjuru nusantara, terlebih dikala Arema melakoni sabung di tingkatan regional, kehadiran situs beserta informasinya menjadi lahan untuk memperkenalkan klub dan suporternya di mancanegara.

Dalam wujud ekonomis, beberapa komunitas Aremania lainnya mewujudkan karya kreatif yang dihasilkan dari sebuah pandangan gres dan penemuan dalam bentuk banyak sekali wujud. Aries E. Ekawidjaja misalnya, salah satu admin twitter @AremaFC ini pernah mencoba berdagang produk Arema mirip merchandise. Dengan berjualan memakai account pribadinya saja ia sanggup meraup omzet yang lumayan. Bahkan margin laba setiap produk merchandise nilainya minimal 10 kali lipat dari nilai hangtag yang dijual PT Arema Indonesia untuk membranding logo Arema tersebut. Arema tentunya sanggup mengkaryakan demikian tidak hanya lewat 2 Official Store-nya selama ini.

Implementasi satu jiwa dengan klub masih menempel berkat perwujudan cinta dalam dari suporter. Dukungan kepada klub diwujudkan dalam beberapa jalan. Abdullah Hariri Moenir bersama beberapa rekannya dari Arema Senayan hingga tiba ke Malang untuk meminta implementasi tiket terusan. Uang lebih dari 400ribu per orang dikucurkan kepada klub untuk diganti semacam freepass dan tanda bukti bahwa yang bersangkutan telah membeli tiket saluran selama semusim.

Bukan hal gampang bagi suporter untuk mengeluarkan uang sebesar itu di dalam satu waktu saja. Bukan perkara gampang juga untuk mengurus hal tersebut dikala Sumber Daya dan sistem didalam klub belum siap untuk menerapkan hal semacam ini.

Tidak ketinggalan pula, beberapa Aremanita juga ikut melontarkan ide. Anindya Pratama Putri misalnya, Aremanita yang ‘mengaku’ tinggal di Bandung ini pernah mengutarakan pandangan gres berupa Mobile Ticketing System untuk dipergunakan Panpel di setiap pertandingan Arema. Sistem ini memperkenalkan pemesanan dan pembelian tiket yang murah dan kondusif serta mempunyai banyak sekali laba dibandingkan metode konvensional yang memakai tiket yang dicetak ataupun barcode konvensional. Sistem ini sanggup dibranding dengan operator seluler dan implementasi sistem hanya membutuhkan biaya kurang dari 100juta rupiah untuk setiap 10 pintu masuk, dan sanggup dipergunakan untuk jangka waktu lama.

Diluar hal diatas masih terdapat sekian pandangan gres dan karya inovatif lain yang diciptakan oleh Aremania dan Aremanita. Ide dan karya Aremania tersebut sangat inspiratif. Ide yang mereka ciptakan sangat menggugah bahwa Arema mempunyai potensi luar biasa untuk menjadi klub yang mandiri. Ide yang mereka hasilkan mirip trigger atau pemicu bagi Arema untuk tidak ketinggalan start dan melahirkan produk yang mempunyai kegunaan dan bersifat masif serta menunjang intensitas bisnis klub. Inilah duduk perkara yang terjadi di Arema belakangan ini. Meski mempunyai pandangan gres dan potensi yang luar biasa, dalam pengembangannya selalu jalan di kawasan atau bahkan tidak berjalan sama sekali.

Ide kreatif dari Aremania seringkali mentok secara dini. Peran administrasi Arema yang diharapkan untuk meneruskan pandangan gres kreatif para suporter tersebut. Jika karya kreatif tersebut berhenti dan tidak terwujud implementasinya sama saja dengan menutup mata akan potensi besar yang sanggup diwujudkan oleh klub. Kita sanggup membayangkan jikalau pandangan gres tersebut tidak hanya sekedar ditampung namun juga ditindaklanjuti lewat sebuah uji teknis yang ter-manage dengan baik.

Arema dan Aremania besar sebab keterikatan cinta diantara keduanya. Ide dan karya inovatif yang terciota dari suporter harus diwujudkan oleh klub. Jika hal tersebut sanggup diimplementasikan tentunya akan terdapat laba strategis yang sanggup dipetik oleh Arema di masa mendatang.

Kita sanggup berguru dari Barcelona. Defisit keuangan yang sangat besar tidak menghalangi klub untuk berinovasi dalam menghasilkan pendapatan ekonomis. Otonomi dan kemandirian tidak menghilangkan upaya klub untuk berkarya, banyak sekali terobosan dihasilkan tidak hanya untuk upaya mengurangi defisit klub tetapi juga meningkatkan pendapatan komersial dari banyak sekali jenis. Segala lini perjuangan dikaryakan dan di-manage secara baik. Bahkan setiap tahunnya, pendapatan klub disisihkan sebesar 0,7persen untuk FC Barcelona Foundation yang mempunyai tujuan sosial disamping kesepakatan Barcelona sendiri untuk menyumbang beberapa juta euro kepada UNICEF.

Kita patut iri tidak hanya kepada Barcelona tetapi juga beberapa klub di Asia yang sukses membuatkan pandangan gres dan karya inovatif mereka untuk menghidupkan klub sepakbola. Dengan potensi yang dimiliki Arema, semestinya Arema bisa bersaing dengan klub sepakbola di tingkatan regional tanpa kesulitan bernafas. Ini semua bergantung kepada kemauan dari administrasi Arema. Apakah kita hanya plonga-plongo dengan membiarkan ide-ide kreatif ini mangkrak pada tahap pencitaan saja atau dikembangkan menjadi sebuah produk pujian Arema?

Arema dimasa depan hendaknya bukan sekedar entitas klub bermental konsumen, tetapi harus bisa bangun sebagai sebuah produsen yang mempunyai sumber daya dan menghasilkan produk yang bisa menopang kehidupan klub. Masih ada waktu 1-2 tahun untuk memperbaiki kekurangan. Masihkah kita hanya bermental nriman keadaan, sementara Tuhan Yang Maha Esa memperlihatkan logika kebijaksanaan beserta cipta, rasa dan karsa untuk setiap manusia.

(original-post: anak-negeri.blogpost.com)